Hati-Hati Era Digital Bisa Membuatmu Jadi Pelit !

Hati-Hati Era Digital Bisa Membuatmu Jadi Pelit !

Judulnya entah apa yang pas tapi semoga dengan membaca tulisan ini bisa dipahami arah yang saya maksud, jangan juga menjadi tersinggung, karena perbedaan pengalaman pasti menghasilkan sudut pandang yang berbeda, tulisan ini murni melihat kepada diri sendiri dan orang disekitar saja, tanpa bermaksud menunjuk ke salah satu pihak.

=====================================================

Jasa Online Transportasi.

Jadi begini, dulu sebelum ada yang namanya aplikasi transportasi online, maka setiap hari aku menggunakan jasa oejk pangkalan. Ongkos sekali jalan dari kantor ke tempat aku naik omprengan adalah 35 - 40 ribu. Well dalam keterpaksaan aku merasa terbantu dengan aplikasi jasa transportasi online. Ternyata dengan transportasi online aku cukup mengeluarkan ongkos one way sebesar 20 ribu, artinya ada selisih 15-20 ribu per sekali jalan, hemat! Lantas tiba-tiba transportasi online memanjakan konsumen dengan segala promosi, yang tadinya ongkos 20 ribu sometimes bisa hanya membayar separuhnya, wow hematnya dobel!.

Transportasi Online


Setelah ada penghematan hati ku bertanya "li, keknya ada yang enggak beres. Lu sehari bisa menghemat nyaris 30 ribu hanya untuk urusan ojek, but kenapa enggak ada uang sisa ? Semua pengeluaran masih sama saja. Oh iya ternyata gengs karena merasa hemat aku malah jajan ch*t*me sebelum naik omprengan. Alhasil dari hasil merenung ini aku menyadari bahwa aku menjadi pelit dan cenderung membuang uang untuk hal konsumtif. Sejak itu aku berusaha berubah, ongkos di aplikasi online 20 ribu, kasih tips 5-10 ribu tergantung kepadatan jalanan. Dilebihin 5 ribu mashaallah doanya abang ojek sampai ke surga. Dengan memberi tips aku masih hemat 5-10 ribu ? Toh selama ini membayar 35-40 ribu itu sudah biasa kan? Sejak itu patokanku adalah ongkos jangan melebihi ongkos tanpa aplikasi sebelumnya.



Jasa Online Beli Makanan.

Hal kedua adalah tentang membeli makanan. Sebelum ada aplikasi online maka meminta tolong OB adalah kebiasaan ku, dan biasanya selalu ada fee yang diberikan atas jasa mereka. Setelah ada aplikasi online rasanya simple banget cukup klik-klik beres tanpa ahrus melihat wajah jutek OB yang kadang malas dimintai tolong hehe. Sempat beberapa kali aku merasa tak harus bertanggung jawab atas lelah mereka "yaela sudah ada perusahaan yang bayar merekalah". Lagi aku merasa bersalah, kenapa sih aku jadi pelit dan hitung-hitungan? Dulu nyuruh OB aja kasih tips, kasih jajan yang sama malah ? Well akupun berubah, setiap menggunakan jasa mereka aku akan langsung telepon, hanya untuk membuat mereka merasa nyaman karena banyak kejadian babang ojek ini jadi takut di tipu. Nah giliran makanan sampai maka beri tips, berapa lu kasih ? Sama aja kek pas nyuruh OB, ada tips senilai 1 porsi makanan yang dibeli, kalau ada macam-macam makanan pilih yang layak atau senilai kalau aku yang beli langsung. Kadang ada yang bilang "gue enggak tega, habis abangnya akan jalan jauh masuk ke mall, ngantri pula". Menurutku rasa enggak tega muncul karena kita pelit, andai bisa menghargai mereka dengan layak maka ketahuilah mereka jauh lebih bahagia. Mereka rela antri demi poin, demi senilai upah dan demi profesionalitas kerja jadi kenapa kita harus iba ? Iba itu cenderung muncul hanya sebatas iba and we dont doing anything for them ? . Tapi aku sering melihat ucap syukur yang tak terhingga kita memantaskan mereka dengan tips yang sebenarnya tak seberapa dibanding kita yang harus keluar membeli sendiri. Rasa iba menurutku hadir ketika kita tak mampu memberi kebahagiaan bagi yang lain. Iba melihat bapak buta yang jual kerupuk ? Bahagiakan dia dengan membeli dua bungkus kerupuknya. Mungkin perbuatan kita tak seberapa dimata kita tapi dimata mereka kita sudah berbuat lebih. Dans ekarang alhamdulillah banyak kok penjual makanan di mall yang menghargai babang ojek online, bahkan beberapa juga menyediakan jalur khusus, memberi mereka minum dengan melihat itu aku percaya bahwa ketika kita menfungsikan mereka dengan baik maka tak perlua ada rasa tak tega.

Promo Potongan Harga

Gue mah enggak mau pake promo, kasihan abangnya ? Oh ya ? Kalau aku tetap aku gunakan promonya namun aku tulis pesan "bang itu promo buat abang, saya bayar sesuai tarif sebelum potongan promo", biasanya enggak ada cemberut ketika pickup aku, malah dia jadi dapat dobel, dan dengan promo justru aku berkesempatan untuk "bersedekah". Jadi jangan lalai dengan promo ya teman, jadikan ladang sedekah promo itu, tulis dinote biar abangnya senang. 

Tulisan ini adalah pengalaman pribadi, di share tanpa maksud lainnya hanya ingin sekedar berbagi bagaimana godaan menjadi pelit di era digital ini makin membungkus kita. Semoga kita selalu bisa memberikan kebaikan kepada sesama, inshaallah aamiin.

1 Komentar

Komen ya biar aku tahu kamu mampir