Kenapa Harus Jadi Pelakor?

Kenapa Harus Jadi Pelakor?

#LayanganPutus ,

Bukanlah kisah pertama tentang poligami yang salah arah, ya aku tahu poligami itu diizinkan bagi yang mampu berbuat adil. Masalahnya aku sangat percaya tak ada manusia yang mampu. Contoh sederhana saja aku bisa punya rasa iri terhadap adikku, padahal kami satu darah, satu rahim. Jadi mungkinkah hatimu tak tergores ketika berbagi cinta dengan orang lain?

#layanganputus
Pelakor?Jangan!


Aku bekerja bertahun-tahun di perkebunan which is mayoritas teman kerjaku adalah pria, bukan hanya lajang melainkan yang beristri juga banyak. Tak semua juga pria berisitri mencoba menggoda, meski tak bisa menutup mata aku bisa merasakan dari pandangannya.

baca juga kisahku : Istikharah menjawab jodohku

Sometimes kalau lagi pengen genit, rasanya ingin membalas tatapan suami orang itu. Aku ingin sekali menyambutnya, ah sudah lama juga tak merasakan cinta. Namun ada iman di dada, ada orang tua yang harus dijaga marwahnya. Bisikan-bisikan hati kecil masih mampu menjagaku kala itu "jangan li, buat apa? Kebayang gak sih mamak mu akan terhinakan?". 

Aku selamat pada masa itu, lalu keluar dari site membawa aku bekerja di kantor yang lebih gaul. Banyak teman dan kegiatan sehingga rasa sepi memang tak pernah hadir. Aku menyibukkan diri dengan bekerja, bergaul, melakukan kesenangan seperti ke gym dan salon sehingga rasa sepi tak pernah mengusuikku lagi.


Namun siang itu sebuah pesan mampir ke inbox ku dan meski namanya tak jelas, tak ada poto profile tapi hati dan jantungku mengenalinya, degup jantung siang itu tak biasa, ada rindu di sana, ada kebahagiaan mampir hati "ya allah mungkinkah ini dia?" dan irama jantungku menebak dengan benar. Sosok pria yang mampu mengisi hatiku sejak lama hadir kembali, entahlah mendadak hatiku merasa sepi, mendadak aku merindu padahal selama ini memikirkannya saja tidak.

Lewat pesan pula dia meminta nomor teleponku dan akhirnya suaranya mampir ke telinga, kami sama mengucap "kemana saja, aku rindu". Ya Allah rasanya tuh bahagia banget, sampai aku tersadarkan oleh bilik hati ku yang lain"hei...tanyakan apakah dia sudah menikah?" dan jawabannya "iya aku sudah menikah". Diriku menarik mundur, bahkan aku paham rasa rindu ini adalah sebuah kesalahan tapi tak bisa kupungkiri aku menyukai rasa ini.

Nah biasanya pria yang jujur mengakui pernikahannya akan melanjutkan cerita 'drama' bahwa dia tak bahagia dalam pernikahannya. Entah mengapa statmentnya justru membuat aku ingin menerimanya, aku paham ini salah tapi izinkan aku menikmatinya, boleh? Ya seperti drama di televisi akhirnya gombalan yang dikirim ke diriku ketahuan istrinya, panikkah aku ? Oh tidak, bukan aku yang menggodanya tapi suami nya yang mau denganku, "Sombong" adalah caraku melindungi diriku.

Sebenarnya mereka memang bermasalah, tapi andai aku bersedia menerimanya tentu orang-orang tak akan membahas masalah rumah tangga mereka. Orang-orang akan fokus kepada siapa pengganti istrinya, dan lalu cerita derita istri diselingkuhi akan maju ke permukaan, pandangan orang ke arah ku "dasar perempuan perebut laki orang!" oh tidak! tak mungkin aku membiarkan kalimat itu sampai ke telinga mamak ku.

Bahagia, rasa dicintai seketika menguap. Aku yang terlanjur menikmati cinta suami orang, sempat bahagia tanpa memikirkan masalah yang terjadi kedepannya. Setelah terlepas dari jebakan perasaan dicinta dan mencinta akhirnya aku sadar. Kebahagiaan apa sih yang ingin dibangun dari runtuhan rumah tangga orang lain? Astaghfirullah..sebahagia apapun kelak maka aku tak akan pernah lupa bahwa ada air mata didalamnya, bahkan walau mereka pantas berpisah tapi keputusan itu menguat karena keberadaanku. 


Sanggupkah aku bila mengalami hal yang sama? Tentu tidak, mungkin aku tak akan sebaik istrinya yang hanya menangis lalu rela dicerai hanya karena sudah tak mampu bertahan melihat suaminya mendua. So jangan jadi pelakor, karena semua itu hanya semu. Ingat apa yang kita perbuat itulah yang akan kita rasakan juga. Jangat mencubit bila tak ingin dicubit.

Kisah layangan putus bukan satu-satunya kisah yang membuat aku prihatin. Mau salahkan pria saja tak mungkin karena ada wanita yang bisa lebih waras dalam bersikap disana. Yakinkan diri kalian untuk tak hadir di kehidupan rumah tangga orang lain, sebermasalah apapun kondisi mereka sebelum kehadiran kita jangan dijadikan pembelaan. Seperti otak yang kerap mengingat kata terakhir maka begitu pula sikap orang lain yang hanya memandang kisah akhirnya saja tanpa mau tahu apa dan mengapa.

Rasa sepi kerap menggoda perhatian dan mohon bersabarlah karena kalau mau bersembunyi dibalik "ini kehendak Allah" mungkin aku sudah bersama suami orang itu, tapi aku berhasil mengingatkan diri bahwa tak akan ada kebahagiaan yang abadi apalagi yang dibangun dari runtuhan kebahagiaan orang lain. Dan Allah akan mempertemukan kita dengan hal-hal yang kita inginkan, karenya selalunya memohon yang terbaik jangan pasrah dengan keadaan.