Kompasiana : Ku Sayang, Ku Benci dan Ku Rindu

Kompasiana : Ku Sayang, Ku Benci dan Ku Rindu

Setiap memasuki bulan Oktober semua kompasianer akan menantikan perayaan ulang tahun Kompasiana, akhirnya tahun ini #11TahunKompasiana dan aku masih menjadi kompasianer bangga sih gue haha #GueKompasianer

11tahunkompasiana
#11TahunKompasiana


Pertama kali membuat akun di Kompasiana karena seseorang yang aku kenal di dunia maya menyarankan aku menulis di Kompasiana, what for? Tanyaku? Bukankah Kompasiana itu tulisan politik semua? Yup! Tahun 2009 hampir semua isinya tulisan politik sehingga aku enggak pede mau menulis di sana. Tapi justru aku berpikir mungkin kompasiana bisa jadi tempat yang tepat bagi tulisanku. Entahlah aku tak ingin ada orang yang membaca tulisanku, so kalau aku menulis di tempat orang berpolitik maka tak akan ada yang tertarik membaca segala curahan hatiku "begitulah aku berpikir" sehingga akhirnya aku menjadi kompasianer.
Ternyata dugaan ku salah ges, justru karena berbeda orang-orang jadi ngeh ada tulisan receh yang bisa bikin hepi. Akhirnya semula tak berharap ada yang membaca menjadi selalu ingin dibaca hehe. Dan bertahun-tahun aku mendambakan salah satu tulisanku supaya nangkring menjadi Headline dan akhirnya tulisan ojek beragro membawa aku nangkring menjadi Headline.

Dulu menulis di Kompasiana itu benar-benar membahagiakan, karena bukan sekedar menayangkan tulisan tapi saat itu kompasianer sering mengadakan kopdar, sehingga selain interaksi di kolom komentar pada masa itu, kompasianer banyak membentuk komunitas didalamnya yang menambah keakraban diantara kompasianer.


Kompasiana Ku Sayang

Beberapa dari kalian tentu tahu bahwa aku menemukan suamiku di kolom komentar Kompasiana, dari puisi dan curhat tak jelas, komentarnya selalu mampir sampai dia meminangku. Bahkan kedua anak kami namanya dimulai dari huruf K, yes tentu saja itu karena ayah dan ibu bertemu di Kompasiana. Kurang sayang apa coba? Dedikasi tertinggi untuk Kompasiana adalah mengabadikan nama anak-anak dari awalan huruf K. 

Setelah era Multiply.com maka hanya Kompasianalah tempatku menulis, menulis di Kompasiana selalu membuat candu. Apalagi kalau tulisan sudah di labeli Headline atau kini Artikel Utama, rasanya ada kebanggan yang tak terukur oleh rupiah. Bahkan pada masa itu aku begitu getol menulis di Kompasiana dan selalu memikirkan tema apa lagi yang akan ku tuliskan. Tak jarang aku benar-benar bak wartawan yang turun ke lapangan demia sebuah konten berita.

Kompasiana Ku Benci

Cinta memang begitu, tak melulu tentang sayang ada juga rasa benci yang muncul karena tak sesuai ekspektasi. Beberapa kali tulisan ku dihanguskan karena dianggap tak layak. Duh! sakit beb kalau diacuhkan oleh orang yang kita cintai. Kecewa membuat aku membenci dan cara terbaik adalah menikmati benci itu, aku ngambek enggak mau menulis di Kompasiana lagi. Alasan lain aku membenci adalah kurangnya "reward" yang diberikan kepada kompasianer, sementara itu keberadaan citizen journalism sudah banyak diketahui dan dibutuhkan banyak perusahaan untuk mempromosikan bisnis mereka. Alhasil aku merasa bertepuk sebelah tangan, cinta itu kalau tak dirawat akan menjadi benci.

Ternyata bukan aku saja yang membenci, uang kerap mampu menggerus cinta dan sebaliknya uang juga mampu memupuk rasa cinta. Para admin Kompasiana tampaknya memahami perasaan benci ini, mereka berjuang menyuarakan kebencian kami kepada atasannya namun tetap saja mereka hanya admin yang tak mampu membenci tempatnya mencari nafkah.

Baca Juga : Mandi Uang dari Kompasiana

Benci itu akhirnya terobati dengan adanya perbaikan dari Kompasiana. Ibarat orang yang sedang rusak hubungannya bila ada usaha untuk memperbaikinya maka kedua belah pihak akan berusaha mencobanya dan benar saja perubahan logo dan tagline "#Beyond Belogging" mampu membawa aku kembali kepada Kompasiana.

Kompasiana Ku Rindu

Dalam keputus asaan hubungan ku dengan Kompasiana, aku sempat berselingkuh dengan membuat blog personal. Blog personal itu mampu mengabaikan perhatianku dari Kompasiana, bahkan rupiah yang hadir dari blog personal semakin membuat aku jauh dari kompasiana. Namun ada masanya aku benar-benar merindu menulis di Kompasiana, cinta pertama memang tak mudah dilupakan!

Kalau ada yang bilang uang bukan segalanya, maka itu benar adanya. Buktinya Kompasiana selalu mampu membuat aku kembali menulis, ada banyak tulisan yang terus aku tayangkan disana dan kini aku tak hitung-hitngan lagi dalam membuat artikel di Kompasiana karena Kompasiana mampu memberikan penghargaan. Dan benar saja bahwa ukurannya bukanlah besar kecilnya penghargaan yang diberikan, namun wujud perhatian adalah hal yang sangat disukai oleh banyak orang.

Kini artikelku bisa mendapat rupiah setiap bulannya, ada banyak kesempatan untuk meraup uang di Kompasiana dan tidak sedikit orang yang bertanya kepadaku bagaimana bisa menghasilkan uang dari Kompasiana?


Ku Makin Cinta Kompasiana

Kalau Kompasiana merasa bahwa tahun 2019 merupakan titik balik kesuksesan Kompasiana, maka itu pula yang aku rasakan. Sepanjang tahun 2019 aku rajin menulis artikel di Kompasiana bahkan bulan Oktober 2019 kemarin 4 artikel yang aku tis diganjar dengan label Artikel Utama.

Cinta itu akan semakin menguat bila kedua pihak saling menjaga. 11 Tahun kompasiana menjadi tempat aku menuliskan banyak cerita. 11 Tahun Kompasiana memberi banyak kebaikan bagi banyak citizen Journalism di Indonesia. Kompasiana teruslah bergerak mengikuti perubahan dan semoga saja ulang tahun ke 12 poin di Kompasiana sudah bisa ditukar dengan vocer belanja ya, yakinlah cinta ku akan semakin besar pada mu haha (bukan matre cin, tapi sendu haha senang duit)

Selamat ulang tahun ke 11 Kompasiana ku, meski berliku perjalanan kita namun kau selalu di hati!