Memberi Kesempatan Kedua Adalah Wujud Toleransi

Memberi Kesempatan Kedua Adalah Wujud Toleransi

Toleransi berasal dari bahasa latin tolerare, kita sering menyebutnya toleran atau toleransi. Toleransi memiliki arti menerima dan menghargai perbedaan bahkan dalam kata singkat bisa aku artikan sebagai "sabar".

Dulu di sekolah toleransi diajarkan sebagai sikap menerima dan menghargai perbedaan, perbedaan apa? Saat itu mengkerucut kepada Suku dan Agama. Mata pelajaran PMP mengajarkan bahwa kita harus bisa menerima perbedaan, kita harus bisa memandang perbedaan sebagai wujud keberagaman "bhineka tunggal ika".

Toleransi dalam rumah tangga seperti apa
Toleransi

Dulu perayaan agama apapun sangat indah karena tingginya toleransi yang kita pahami sehingga tak ada pengkotakan yang menganggap mengucapkan perayaan suatu agama adalah tindakan terlarang. Lalu mengapa saat ini selalu ada keributan setiap ada yang memberikan selamat kepada yang berbeda? Apakah toleransi memudar?

Well, setelah menikah aku justru melihat ruang lingkup toleransi itu ada di dalam rumah ku sendiri. Menikah dengan seseorang yang baru kita kenal beberapa tahun dengan perbedaan suku saja sudah cukup membuat aku terus belajar untuk bertoleransi. Dan ternyata toleransi itu bukan hanya menerima perbedaan, tidak melulu tentang menghargai, bukan hanya sabar dengan mengalah melainkan memberikan kesempatan kedua juga adalah wujud dari kita memahami sebuah toleransi.

Toleransi Dalam Rumah Tangga

Menikah dengan suku yang berbeda membuat aku banyak belajar mengenai hal baru, dan ternyata memang butuh waktu untuk menyesuaikan perbedaan dan sikap toleransi sangat membantu untuk mudah beradaptasi.

Orang Batak sangat menjunjung norma batasan antara ipar, maksudnya begini aku kan orang batak dan otomatis aku memiliki pariban (calon suami otomatis dari anak lelaki kakak perempuan Papa ku) kalau secara adat pria lain yang menginginkanku harus meminta izin dulu kepada paribanku. Toleransi lah yang membuat adat ini tak kaku, toleransilah yang membuat paribanku merelakan jodohnya untuk orang lain. Lalu ketika aku sudah menikah, maka paribanku gak bisa sesuka hati menghubungiku (padahal sepupu toh kami?), bahkan kalau sudah menikah maka kalau ada hal penting yang harus disampaikan tentang Bou alias uwak whish is Ibunya paribanku (kakak perempuan papa) maka yang menghubungiku adalah istrinya. Hal ini begitu kental di batak, kami sangat menghargai etika. Namun ketika di keluarga suami yang Sunda aku melihat hubungan antar ipar itu begitu 'bebas', istri adik suami bisa dengan leluasa becanda dengan suamiku atau sebaliknya adik laki suami ke aku dan ini adalah pemandangan aneh bagiku karena di batak ini dianggap tidak pantas. Toleransi lah yang membuat hal ini bisa aku terima "gakpapa toh memang semuanya bersaudara".

Hal lain adalah tentang pekerjaan rumah tangga, sebagai perempuan memang kita punya standard tersendiri untuk sebuah pekerjaan, mencuci piring sebisa mungkin menggunakan sedikit sabun dan air. Tapi begitu suami yang mengerjakan? Standardku ambyar, diawal-awal aku bete tapi lagi-lagi toleransi dikedepankan sehingga aku bisa menyikapinya "yah sudahlah, untung ditolongi suami" kalau lantai sampai becek ya tinggal di pel, kalau sabun pencuci piring cepat habis ya tinggal beli.

So buat kalian yang akan menikah, coba cek lagi sudahkah toleransi itu ada dalam diri kalian?

Memberikan Kesempatan Kedua

Dulu aku berpikir memberikan kesempatan kedua adalah hal yang sia-sia. Dunia kerja mengajarkan aku bahwa memberikan kesempatan kedua sama saja dengan toleransi. Dan memberikan kesempatan kedua jauh lebih membuat kita nyaman. Awal mempunyai anak buah, aku malas banget memberikan kesempatan kedua namun ketika anak buah yang aku kick tadi dikemudian hari menjadi seorang karyawan yang bagus disana aku menyadari  pentingnya "kesempatan kedua". Kesempatan kedua bisa jadi membuat seseorang menjadi jauh lebih baik, kesempatan kedua membuat kita tak menyesali masa lalu, kesempatan kedua membuat kita bisa melihat apakah seseorang memang ingin memperbaiki dirinya.

Setelah menikah ada banyak kesalahan yang bisa dilakukan pasangan kita dan memberikan kesempatan kedua adalah salah satu cara untuk memperbaiki keadaan. Kalau gagal? ketika kita mengambil sebuah keputusan maka pasangan sudah menerima kesalahan dalam dirinya jauh lebih baik. Drama korea The World of Married juga memberikan pelajaran buatku bagaimana kesempatan kedua akan membuat kita lebih bahagia pada keputusan akhir.

Toleransi itu harus luas, ketika kita memilikinya maka kita bisa menjalani hidup dengan rukun, kita bisa menghilangkan deskriminasi dan rasanya kunci bahagiaku salah satunya karena aku memiliki toleransi yang luas, eh tapi ini bukan cuekkan? hehe

0 Komentar

Komen ya biar aku tahu kamu mampir