Aku Adalah yang Terbaik

Aku Adalah yang Terbaik

Aku mungkin memang bukan yang terbaik bagi kalian, tapi bagiku, aku adalah yang terbaik. Banyak teman yang merasa dirinya belum ada apa-apanya hanya karena membandingkan hidupnya dengan orang yang dia inginkan, bukan melihat kemampuan dirinya. Efeknya banyak yang merasa gagal, padahal kalau mau melihat ke kemampuan diri aku pikir itu bukan sebuah kegagalan bisa saja sudah berhasil namun karena pembandingnya nggak sebanding akhirnya merasa gagal.




Suatu ketika ada teman yang bertanya "kok bisa sih Kak Uli ikhlas? yang cari duit lebih banyak Kakak, apa nggak pernah iri dengan suami teman?"

Agak susah sih aku menjawabnya karena memang pola pikir kita sudah berbeda. Kebanyakan orang mungkin akan demikian, menikah punya suami lalu berpikir hidupnya berubah 180 derajat. Bagaimana mungkin sih aku bisa punya angan-angan seperti itu ketika aku tahu suamiku hanya seorang honorer? Mengapa membangun angan diluar kemampuan? Bukankah angan itu harus diselaraskan dengan kemampuan? Supaya kalau belum terwujud kita bisa selow?

Karena aku tahu suamiku bukan siapa-siapa maka aku tak pernah bermimpi dihadiahi abrang mewah, kebayang kalau aku memimpikannya? Pasti aku akan tak bersyukur, aku akan menuntut suamikud engan hal yang tak dia punya.

Ada teman yang jatuh cinta dengan pria tak punya pekerjaan, atas nama cinta memutuskan menikah. Lantas dia membangun impian bahwa suaminya akan menjadi kaya? Kok bisa? Menurutku itu halu level akut. 

Aku menjalani hidup ini memang santai, tapi prinsipku dalam menjalani hidup usaha, do'a dan menerima takdir adalah 3 prinsip dasar. Jadi aku harus berusaha maksimald engan cara baik, meminta bantuan sang maha pencipta untuk mewujudkannya dan bila belum sesuai harapan maka yakini lagi bahwa itu adalah hal terbaik karena aku menerima ketentuan Allah, lagian baik dimata kita belum tentu dimata Tuhan begitu, sebaliknya jelek dimata kita sebaliknya terbaik dimata Tuhan.

Karena aku punya prinsip demikian aku jarang banget bisa terpengaruh atas omongan orang lain, orang lain bisa bikin analisa dan kasih pendapat apapun namun kepalaku tak akan menampungnya untuk diendapkan. Aku pikir ini adalah kekuatanku menjalani hidup dalam keadaan yang tak berlebih.

Aku juga pernah ikutan test psikologi dand ari hasilnya itu aku adalah influencer,s eseorang yang bisa mempengaruhi orang lain. Ada banyak sih kejadian dimana suaraku didengar. Misal seperti aku mengajukan argumen kenapa harus WFH alhamdulillah teman-teman merasa aku berani dan bisa menyuarakan isi hati karyawan lainnya.

Kekuatan itu ada pada diri kita, tapi kalau kita nggak mengenalnya dan nggak mau mengembangkannya maka kita nggak akan punya jati diri. Menjadi follower itu mudah tapi berbahaya bila kita nggak bisa mengontrolnya. Ada teman yang dalam keterbatasannya selalu berusaha menyamakan diri dengan orang berpunya, selain dia juga nggak menonjol bahkan dirinya juga dinilai orang lain tak seperti orang yang dia ikuti.

Memiliki jati diri itu penting, jati diri bukan tentang materi tapi lebih ke sebuah prinsip. So apakah kalian tahu kekuatan kalian? Coba temukan dan asah supaya lebih bermanfaat buat modal survive di muka bumi ini

1 Komentar

  1. Aku suka baca beberapa tulisan kakak soal harapan dalam hidup, dimana kita harus tahu kemampuan diri dan berhenti membanding2kan sama orang lain, yang gak ada habisnya. Aku masih belajar juga sih soal gak membanding2kan sama org lain. Meski kadang masih terlintas, tapi aku selalu ingat bahwa mendingan fokus sama diri sendiri aja deh. Gimana caranya bisa lebih baik dr hari kemarin. Kemarin nulis 2 artikel bisa, sekarang harus sama atau nambah. Selalu fokus aja sama tujuan kita ya kak 😁😁

    BalasHapus

Komen ya biar aku tahu kamu mampir