Berkat Menjadi Danone Blogger Academy Aku Bisa Mencegah Stunting Pada Anakku

Berkat Menjadi Danone Blogger Academy Aku Bisa Mencegah Stunting Pada Anakku

Hi Mom's,

Artikel kali ini aku tuliskan ditengah masa pemulihan selepas mengalami kecelakaan, bukan karena writing challenge nya melainkan sebuah rasa tanggung jawab untuk menyampaikan edukasi terkait stunting atau dikenal tengkes dalam bahasa Indonesia, mengapa? Karena aku termasuk bersyukur bisa 'menyelamatkan anakku dari stunting' dan hal ini terjadi ketika aku menjadi salah satu peserta dalam sebuah pelatihan yang dilaksanakan oleh Danone Indonesia yaitu "Danone Blogger Academy" kalian bica baca kisahnya di sini.

#HariGiziNasional2022

Danone Indonesia mengajak para blogger untuk menjadi bagian dalam menyebarkan edukasi kesehatan pada masyarakat ditengah maraknya berita hoaks yang ada saat ini. Saat itu salah satu pengisi materi kami adalah Prof. dr. Damayanti, beliau memaparkan apa itu stunting, bagaimana ciri-cirinya sehingga membuat aku terhenyak "oh my god! anakku stunting! Selepas acara siang itu aku langsung meminta nomor kontak beliau dan akhirnya anakku menjadi pasien, well! benar saja sedikit lagi anakku akan menjadi anak stunting dengan status gizi buruk, kabar baik saat itu status gizi anakku masih baik so aku bersyukur banget menjadi bagian Danone dan berharap Danone terus melakukan edukasi ini karena banyak sekali informasi kesehatan yang bisa disampaikan dengan baik. 

Stuntingkah anakku?


Hari Gizi Nasional 2022

25 Januari diperingati sebagai Hari Gizi Nasional dan tahun ini adalah #HariGiziNasional2022 ke 62 , uniknya kali ini yang mengadakan bincang gizi adalah Harian Kompas yang menggandeng Danone Indonesia, hal ini tentu saja bagian dari strategi pemerintah melibatkan media untuk menyampaikan informasi kesehatan khususnya mengenai stunting yang ada di Indonesia. Tema kali ini "Bersama Cegah Stunting, Wujudkan Generasi Sehat di Masa Depan".

Ketika aku menjadi peserta Danone Blogger Academy tahun 2017, data riset yang dipaparkan adalah Data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 dimana diperkirakan ada 37,2 persen atau sekitar 9 juta anak menderita stunting pada tahun 2013. Akhir tahun 2021 Indonesia berhasil menunjukkan bahwa aksi nyata pemerintah membawa hasil yang baik dengan angka stunting di Indonesia 24.4% dimana saat ini ada 1 dari 4 anak yang menderita stunting. Kita tak bisa puas begitu saja karena target pemerintah dalam 2,5 tahun ini mencapai angka 14% pada tahun 2024, lantas apa saja program yang harus dipersiapkan pemerintah? 

Untuk itulah kali ini hadir berbagai nara sumber dari berbagai lini yaitu Ibu Dr. Dhian P. Dipo MA selaku Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan , Bapak dr. Hasto Wardoyo selaku Kepala BKKBN Republik Indonesia , Ibu Prof. dr. Damayanti Rusli Sjarif selaku Dokter Spesialis Anak & Guru Besar FKUI tentu saja selalu hadir Bapak Arif Mujahidin selaku Communications Directors Danone Indonesia. Acara ini dilaksanakan pada tanggal 26 Januari lalu dan diawal acara hadir Bapak Tri Agung Kristanto (akrab disapa Mastra) selaku Wakil Pemimpin Redaksi Harian Kompas, beliau merasa acara seperti ini sangat baik diselenggarakan dengan mempertemukan semua pihak terkait. Terlebih kali ini membahas stunting yang sudah menjadi perhatian banyak pihak dan harus segera bisa diatasi untuk mewujudkan generasi emas kelak.

Kerja Nyata dan Kerja Keras Kemenkes RI #CegahStunting di Indonesia

Ibu Dr. Dhian P. Dipo MA menyampaikan bahwa meski secara data sudah terjadi penurunan angka stunting di Indonesia namun target kemenkes pada tahun 2024 adalah angka stunting 14% masih butuh kerjasama berbagai pihak untuk mewujudkannya. Saat ini angka riskesda menunjukkan stunting berada pada 24.4% artinya 1 dari 4 anak menderita stunting, untuk itulah Kemenkes butuh kerja keras dan kerja nyata untuk mewujudkan target presiden.

Dr. Dhian P. Dipo MA

Kemenkes RI berperan melakukan intervensi sensitif dan spesifik dengan melakukan penguatan dalam pengelolaan SDM bukan hanya tenaga kesehatan melainkan ada tokoh masyarakat, guru dan perangkat desa, sehingga ketika berada di lapangan bisa memberikan tindak lanjut yang tepat. Intervensi spesifik adalah hal yang dikerjakan Kemenkes RI dan ada 7 intervensi spesifik yang dilakukan kemenkes saat ini yaitu :

  1. Melakukan promosi dan konseling menyusui pada ibu hamil, 
  2. Pemberian makanan pada bayi dan anak, jangan sampai ya snack anak diembat emak hihi.
  3. Pemberian suplementasi zat gizi mikro dan makro, aku juga menyaksikan bagaimana kader-kader posyandu terus memberikan suplemen penambah darah bagi Ibu Hamil di lingkungan kami
  4. Pemantauan pertumbuhan, di lingkunganku hal ini agak susah dilakukan karena biasanya posyandu diadakan hari kerja sementara banyak ibu bekerja dan semoga saja pemantauan tumbuh kembang anak ini bisa dilakukan lebih masif.
  5. Tata laksana gizi buruk, nah ini juga masih susah karena terkadang pihak terkait belum bisa memetakannya sehingga jarang anak-anak yang dicurigai stunting diberi rujukan ke tingkat yang lebih tepat.
  6. Pelayanan imunisasi, untungnya sekarang selain posyandu, puskesmas maka fasilitas kesehatan yang menggunakan BPJS Kesehatan juga melaksanakan immunisasi
  7. Pelayanan kesehatan ibu hamil menyusui dan bayi

Dalam pelaksanaan program ini akan diadakan monitoring dan evaluasi sehingga bisa diketahui apakah program berjalan sesuai yang diharapkan, selanjutnya dilakukan penguatan edukasi dengan hasil akhir adanya perubahan pada pola hidup. Menurut Ibu Dhian bagian intervensi sensitif dilakukan oleh kementerian lain dengan sasaran yang sama sehingga kerjasama inilah yang diharapkan akan menghasilkan strategi inovasi untuk mewujudkan Indonesia bebas stunting.

Program BKKBN Turunkan Stunting

Kali ini Bapak Hasto menyampaikan untuk mengejar angka 14% pada tahun 2024 dibutuhkan program darurat dan inovasi yang bersifat revolusioner. BKKBN sudah memulai memetakan data stunting sejak awal dan dalam menurunkan angka stunting BKKBN telah menyusun RAN PASTI yaitu Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting. Menurun beliau BKKBN akan mencegah new stunting sejak awal dengan mengawal 12.5 juta angka kelahiran dalam dua tahun setengah ini. Untuk itu BKKBN akan bekerjasama dengan kementerian Agama tahun ini akan meluncurkan sebuah aplikasi pemeriksaan kesehatan, dan nantinya calon pengantin 3 bulan sebelum menikah akan dicek kesehatannya dan harus memiliki sertifikat lulus tes kesehatan dan dengan cara ini potensi new stunting bisa dicegah. Nantinya Kementerian Agama tidak hanya memberikan konseling terkait pernikahan, namun harus melakukan pengecekan kesehatan sepeti melakukan pengukuran pada lingkar lengan atas, berat badan, tinggi badan, indek masa tubuh serta hemaglobinnya. Dengan mendapatkan angka ini diharapkan tindak lanjut perbaikan kesehatan akan menghadirkan anak-anak yang sehat. 

Bapak dr. H. Hasto Wardoyo


Penyebab Stunting di Indonesia dan Cara Mencegahnya

Saat acara ini berlangsung Prof. Damayanti menyampaikan bahwa dulu ada seorang blogger yang membawa anaknya stunting, wah saya kaget karena beliau masih ingat. Jadi benar banget ya mom's bahwa saat ini stunting bukan hanya ada pada mereka yang tak mampu memenuhi gizi anak namun aku memang lalai, merasa anak kedua dan sudah memberi asupan terbaik eh ternyata aku baru menyadari ketika anakku lebih pendek dari teman sebayanya so kalao kalian sudah curiga segera tindak lanjut ya.

Prof. Damayanti

Menurut Prof. Damayanti Stunting adalah Perawakan pendek akibat malnutris, penyebabnya ada dua mom's yaitu asupan gizi tidak ade kuat dan kebutuhan gizi meningkat. Lebih lanjut Prof. Damayanti menjelaskan penyebab dari asupan gizi tidak adekuat ini adanya kemiskinan, ketidak tahuan seperti yang aku alami atau adanya penelantaran pada anak. Sedangkan penyebab kebutuhan gizi meningkat ini dikarenakan anak sering sakit seperti diare, penyakit infeksi maupun anak prematur yang memiliki berat badan lahir rendah (BBLR). Sewaktu aku berkonsultasi anak stunting ini efeknya jangka panjang, biasanya berbagai penyakit muncul seperti obesitas #AwasObesitas dan penurunan IQ pada usia 40 tahun bisa saja terjadi.



Pencegahan stunting bisa dilakukan sejak dini bahkan sebelum anak dilahirkan yaitu :

  1. Ibu hamil harus rajin kontrol, minimal 4 kali selama masa kehamilan dan konsumsi makanan bergizi serta suplemen penambah darah
  2. Lakukan IMD (Inisiasi Menyus Dini) pada anak.
  3. Rutin memantau pertumbuhan dan perkembangan balita terutama di 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK) sejak anak dalam kandungan hingga usia 2 tahun, ukur tinggi dan berat badan anak serta lingkar kepalanya setiap bulannya.
  4. Memberikan asupan makanan bergizi kepada anak sesuai kebutuhan nutris anak, dalam setiap jam makan (makan utama dan makan tambahan/snack) sebaiknya makanan mengandung Karbohidrat. lemak dan protein. Dengan kata lain berikan menu keluarga sebagai menu MPASI anak.
  5. Pantau kesehatan anak dengan baik
Pada sesi akhir Kompas Talk Bapak Arif Mujahidin terus berharap bahwa komitmen Danone Indonesia dalam memberikan edukasi bisa terus dilakukan dan program pemerintah untuk menurunkan stunting bisa tercapai dengan kerjasama berbagai pihak. Indonesia bebas stunting, generasi maju, Indonesia maju!

0 Komentar

Komen ya biar aku tahu kamu mampir