Menikah Bukan Jalan Ninja Menjadi Cinderella

Menikah Bukan Jalan Ninja Menjadi Cinderella

Juli nanti aku dan suami akan memasuki satu dekade dalam pernikahan, iya baru 10 tahun kami menikah dan alhamdulilla dilengkapi dengan dua anak lelaki seperti inginku. Temanku kerap bertanya "udah berantam hebat nggak?" dan beberapa teori juga mengatakan demikian bahwa usia 5 tahun pertama akan dilalui dengan perdebatan, namun alhamdulillah sampai hari ini aku bisa skip teori ini. Bisa jadi karena aku menikah sudah dikepala 3 jadi egoku sebagai perempuan sudah pudar sehingga bagiku menikah memang adalah urusan ibadah.

Menikah usia tua
Menikah Bukan Mengubah Nasib


Baca : Tips Sebelum Menikah

Menikah Itu Ibadah

Ketika memasuki usia 30 tahun dan belum menemukan jodoh aku sempat berpikir apakah sebaiknya hidup melajang saja? Ditambah lagi teman-teman yang sudah menikah kerap curhat permasalahan dalam kehidupan rumah tangganya. Ada yang suaminya baik eh mertua nggak bersahabat, giliran mertua baik eh suaminya bikin kesal, giliran suami dan mertua OK malah dirongrong oleh ipar. Saat itu aku menyimpulkan bahwa pernikahan tak sepenuhnya tentang bahagia.

Seorang ustad mengingatkan ku bahwa dalam Islam menikah adalah sunnah Nabi, dan Rasul sangat mencintai umatnya yang mengikuti ajarannya. Karena itulah aku kerap berusaha untuk menemukan jodoh baik itu minta dikenalkan, mencari di aplikasi atau membuka diri bagi teman lama. Setelah menikah akupun paham kenapa menikah disebut sebagai ibadah, aku harus bisa menerima pasangan, peranan ku sebagai anak, adik, kakak tak berkurang dengan menikah, mampu menganggap keluarga besar suami sebagai keluarga meski baru dikenal, jadi menikah memang tentang ibadah bukan sekedar menghalalkan kebutuhan biologis yang menggelora. 

Menikah Bukan Mengubah Nasib

Bagiku ketika memutuskan menikah tak ada alasan selain karena memang ingin beribadah tadi, entahlah aku memang kurang sepemahaman bila ada orang yang bilang menikah untuk mengubah nasib. Ada banyak contoh disekelilingku ketika dia menikah dengan orang yang kita anggap bisa mengubah nasibnya nyatanya berakhir juga pernikahannya. Bagaimana pula sesama anak pengusaha apa yang mau mereka ubah? Semakin kaya? Tidak juga! banyak kisah mereka yang berakhir dengan alasan tak ada kecocokan.

Menikah itu sudah jelas ibadah, kita dianjurkan membangun sebuah kehidupan yang layak diperjuangkan. Menurutku sebagian penyebab kegagalan orang berumah tangga terletak pada tujuan menikah. Kalaulah harapannya menikah membuatnya menjelma menjadi cinderella maka itu salah besar, kisah indah bak cinderella memang hanya ada di dongeng, pengantar tidur supaya esok kita semangat lagi bukan sebuah panduan yang ketika gagal kita lantas menyerah.

Ketika menikah tetaplah menjadi diri kalian, lakukan apa yang sudah biasa dilakukan. Jangan berharap ketika menikah maka kita bisa lengah dengan apa yang sudah biasa kita lakukan, tidak pula mengeluh mengapa masih tetap melakukannya. Aku hanya melihat diriku dan bersyukur kepada diriku yang tak pernah bermimpi apapun atas sebuah pernikahan selain bisa berjalan sampai nanti. Selama tak ada perselingkuhan aku bisa menerima hal lain.

Ekspektasi Punya Suami

Ketika menikah sebagai perempuan yang harus kutanamkan adalah aku menyadari dengan siapa aku menikah, aku mengetahui siapa dia dan tak menuntutnya diluar apa yang dia bisa. Selama menikah aku tak pernah menuntut suami untuk bisa memberikan materi kepadaku, namun demikian Allah tetap saja melimpahkan rezeki bagi kami. Teman bertanya "nggak pengen apa dibeliin perhiasan sama suami?" tanya seperti ini jawabannya tentu kepengen tapi apakah harus setiap saat? ekspektasi berlebihan pada suami menurutku membuat banyak orang terluka, sama sepertiku andai saja punya ekspektasi berlebeihan maka aku yang terluka, sudah tahu punya suami honorer masak iya berkekspektasi liburan ke London? haha, dengan tak berekspektasi namun menerima suami apa adanya justru banyak nikmat yang didapat.

Ekspektasi ku pada suami hanya berupa do'a, aku pinta kepada sang pencipta supaya menjadikannya seorang suami yang taat pada Allah, bisa menjadi seorang Ayah yang dikangenin anak-anaknya udah itu aja. Ekspektasi ringan ini nyatanya juga masih terus kami usahakan, bagaimana pula kalau ekspektasi materi? Ekspektasi yang menyiksa kita, sesuaikanlah ekspektasi kaliand engan kemampuan pasangan.

Well, buat yang belum menikah semoga segera bertemu dengan jodoh dan kalau sudah ketemu maka tetaplah menjadi diri kalian dan terima pasangan kalian seperti yang kalian pahami.



0 Komentar

Komen ya biar aku tahu kamu mampir