Makanan yang Membawa Pulang Kenangan
Cerita soal makanan, aku percaya ada banyak makanan yang ketika disantap bukan sekedar membawa nikmat pada lidah tapi pada sebuah rasa yang lebih dalam. Apalagi bagiku yang kerap berpindah-pindah karena mengikuti Papa maka ada banyak kenangan akan makanan yang ku rindu dan beberapa makanan itu justru tak mudah aku dapatkan kecuali saat berkunjung ke sana tapi entah kapan.
![]() |
Aneka Makanan yang Membawa Pulang Kenangan |
Ada kalanya sebuah rasa mampu membawa kita ke tempat yang jauh, ke ruang dan waktu yang pernah kita singgahi. Bagi sebagian orang, mungkin itu secangkir kopi, sepiring rendang, atau aroma sate yang mengepul. Tapi bagiku entah mengapa aneka makanan khas yang ada di Tapanuli Selatan jauh lebih meninggalkan kesan. Rasa, aroma dan kelezatan makanannya memang tak ada tandingannya, makanya selalu merindu dan berharap bisa berkunjung untuk menikmatinya.
Setiap kali makanan itu menyentuh lidah, rasanya seperti ada teman-temanku yang sedang berkumpul. Suara canda tawa, obrolan yang bersahut-sahutan, hingga kehangatan pelukan mamak dan saudara seakan hidup kembali. Sering kali, tanpa sadar, air mata ikut luruh—bukan hanya karena rindu, tapi juga karena ada bahagia yang tak tergantikan.
Di kota tempat saya tinggal sekarang, jarang sekali ada restoran yang menyajikan jajanan khas Medan dan Tapanuli Selatan. Lantas apa saja makanan khas Tapanuli Selatan yang ku rindukan? Ada minuman khas Panyabungan bernama Toge—minuman manis dengan cita rasa unik yang hanya bisa aku temukan saat mudik ke Tapsel. Toge ini mirip dengan minuman es campur tapi beda sih, isiannya ada lupis kecil, ada cendil, ape dan kuah gula merah dengan aroma khas yang ketika menuliskannyapun aku mampu mencium dan merasakan kenikmatannya haha.
Belum lagi keripik singkong di Padang Sidempuan yang renyah dan gurihnya tak bisa digantikan oleh camilan pabrikan. Untuk mendapatkannya, aku harus menitip ke teman agar dikirimkan. Ada juga mie gomak, atau yang kami sebut mie lidi, yang untungnya masih bisa ku buat sendiri. Bahannya ada di pasar, dan syukurnya ada orang Tapsel yang menjualnya di sini. Namun tetap saja, rasanya tak sepenuhnya sama.
Dan akupun sadar bahwa yang ku rindukan bukan sekadar makanannya. Ada sesuatu yang lebih dalam: suasana, aroma udara, dan kebersamaan yang membungkus makanan itu dengan kenangan. Rasa lapar bisa diatasi dengan memasak, tapi rasa rindu hanya bisa terobati saat aku pulang dan merasakannya langsung di tanah kelahiran. Bahkan kerap temanku yang di Tapsel membagikan postingan makanan yang mampu membuatku menulis komentar "pengeeeen" haha
Mungkin inilah kekuatan makanan tradisi: ia bukan hanya mengenyangkan perut, tetapi juga mengisi ruang-ruang hati yang kosong oleh jarak dan waktu.
0 Komentar
Komen ya biar aku tahu kamu mampir