Seorang teman bertanya padaku "Kak, pas dulu lahiran sakit nya kek mana ?"
Jujur kalau ada yang nanya begini maka aku agak bingung kasih jawabannya.
Jujur kalau ada yang nanya begini maka aku agak bingung kasih jawabannya.
Fakta nya aku tidak merasakan sakit, kalau merasakan dagdigdug iya. Alhamdulillah proses melahirkan kedua anak-anakku mudah, bahkan terlalu mudah. Kalau teori Dokter Kandungan ku bahwa untuk aku yang saat itu berusia 34 tahun, dengan jenis kelamin anak dalam kandungan adalah laki-laki maka pembukaan lengkap akan terjadi paling cepat 8 jam, namun yang terjadi adalah dalam waktu 3 jam saja aku sudah harus mendorong anakku keluar.
Kehamilan kedua pun begitu aku hanya butuh 30 menit saja untuk pembukaan lengkap dan aku harus mendorong anakku keluar sebelum infus terpasang ditangan pada usia ku yang ke 35 tahun. Alhamdulillah, tentu hal ini terjadi atas ijin Allah SWT.
Lalu aku ingat, betapa aku bandel sama mamak, betapa aku anak yang keras kepala, bahkan dulu sempat terpikir bakalan susah saat melahirkan nanti, jangan-jangan aku harus minum air bekas basuhan kaki mamak baru bisa melahirkan. Hal itu sempat terpikir karena banyaknya mitos yang aku dengar bahwa anak yang bandel dengan Ibu akan susah melahirkan. Nyatanya dua kali melahirkan , maka 2 kalinya mamak tidak ada di samping ku.
Namun ketika aku memikirkan alasan apa yang membuat aku begitu mudah dalam melahirkan ? Rasanya ini karena doaku kepada sang pencipta, atas ijin NYA aku bisa melahirkan dengan cara yang menyenangkan, andai dalam proses melahirkan itu aku bisa rekam mungkin teman-teman akan ikutan tertawa melihat sikapku yang norak di ruang tindakan.
Dulu, ketika aku kecil, mamak selalu aku jahati, entah itu aku memecahkan kaca meja lah, memecahkan piring lah, kabur dari rumah lah, membuang di hadapannya hadiah surprise yang diberikannya, pokoknya hal-hal yang membuatnya jadi murka kepadaku. Nah ketika aku berlaku demikian mamak pernah berucap sambil menangis "Nanti kalau sudah berkeluarga dan melahirkan akan kau rasakan betapa sakitnya melahirkan itu".
Kanda |
Entah kenapa kata-kata itu sangat nggak aku suka, rasanya nggak adil tiap berbuat salah aku harus mendengar betapa mamak kesakitan melahirkan ku. Di dalam hatiku selalu berontak "Lah aku lahirkan bukan mau ku". Inilah yang membuat aku sejak remaja meminta kepada Allah "Ya rab hamba nggak mau mengeluarkan kata-kata seperti itu kepada anak-anak hamba, tolong jauhkan dari rasa sakit bila melahirkan, supaya hamba tidak membebani anak-anak hamba dengan rasa bersalah.
Bisa jadi aku yang lebay, mungkin maksud mamak supaya aku baik, tapi aku tersakiti dan merasa terbebani dengan kata melahirkan itu sakit. Diperjalananku akupun sudah meminta maaf kepada mamak atas semua perlakuanku pada mamak. Bisa jadi selain kehendak Allah maka pintu maaf yang dibuka mamak padaku adalah sangat lebar sehingga bukannya menghambat doaku malah doaku langsung menyentuh langit.
KELAHIRAN ANAK PERTAMA
Menikah Juli 2012 dan positif hamil di minggu kedua Agustus 2012, ketika mengetahui hamil aku menangis sejadi-jadinya hanya karena aku mengingat betapa seorang sahabat menantikan kehamilannya. Ya rab beginikah rasanya ? Lalu 3 hari setelah pemeriksaan kandungan yaitu 34 week, ternyata suatu malam aku merasa ingin pipis, ada dorongan air yang ingin keluar, spontan dalam tidur aku terbangun dan beridir, serrr air keluar banyak sekali, dan aku lihat airnya pink, dalam hatiku inikah pecah ketuban ? Aku bangunkan suami, aku minta ambil alat pel, sementara aku mengepel suami sudah teriak-teriak gemes. Lalu aku WA dokter dan responnya "teh itu pipis kali, ya udah ke RS dulu aja ya". Sampai di RS dicek dan itu adalah air ketuban. Dokternya ingat bahwa itu usia kandungan masih 34 minggu, dilakukan sebuah tindakan penundaan lahiran dengan menyuntikkan sesuatu, namun aku rasa dijalan lahir seperti ada dorongan , dan jemariku meraba terasa ada daging lembut disana, "Bidan coba lihat apa ini kepala bayi?" perintahku. Bidan yang ditugasi dokter pun menjerit, Ya ampuun bu ini mah harus dilahirkan".
Aku kaget karena belum tahu bagaimana mengedan, aku malah jadi ragu "ah masak sih aku mau melahirkan ? Tadi aja disuntik biar nggak lahiran dulu. Bidannya gemes, ayo bu adeknya kasihan sudah dijalan lahir. Suamiku nggak kalah lucu "ah mamaikan belum cubit papai, belum cakar papi, kata teman papi akan lahir kalao sudah tahap itu". Bidan yang jagain mulai gemas liat aku dan suami. "Pak ayo suruh istrinya ngedan sekarang".
Akhirnya dengan tarikan nafas panjang lalu aku mendorong sekuat tenaga, dan sebelumnya aku pastikan posisi bidan tepat dihadapanku, jangan sampai anakku nggak ditangkap ya ancamku, iya bu udah buruaaan, buruaaan ..akhirnya owek..owek. Bidannya lega dan langsung sigap membersihkan, lalu aku bilang suamiku ikuti sana, ikutiiii pi nanti anak kita ditukarnya (emaknya kebanyakan nonton sinetron) hahaha. Suamiku pun patuh dan kembali melihatku, akupun marah, sana lihat anak kita aja nanti dituker. Suamiku menenangkanku "Mami yang lahiran cuman mami aja, nggak ada yang lain jadi tenang nggak bakal bisa di tuker".
Drama belum selesai, ketika Bidannya menanyakan "mana tas pakaian anaknya?" Nah lo...jangankan pakaian wong saya aja belum urus cuti, jadilah suami ke apotek buat beli baju dan perlengkapan lainnya hehe. Kalo ke rumah sakit itu para perawat dan bidan selalu cubit pipi Kanda "ihh udah gede ya bayi yang lahir nggak bawa baju"
KELAHIRAN ANAK KEDUA
Kayama |
Karena nggak mau kejadian seperti anak pertama maka jauh-jauh hari perlengkapan untuk ke Rumah Sakit sudah disiapkan, disusun rapi any time tinggal bawak. Anak kedua ini aku sudah cuti dan sama doanya jagan sampai ada sakitnya ya rab. Rasanya seperti dejavu, dalam tidur aku harus terbangun karena merasa ada dorongan air. WA dokternya dan jawabannya sama "teh itu mungkin pipis aja". Langsung ke RS bidan yang jagapun sama, kami seolah merasakan hal yang sama dengan kelahiran pertama. Bedanya masuk UGD sudah bukaan empat dan kembali aku panggil "mbak keknya ini udah mau keluar deh", dilihatnya dan diapanik, buruaan...buruan bawa ke ruang tindakan. Ketika mau naik keranjang rasanya anak sudah mau melesat keluar begitu pantat naik ke ranjang langsung dorong, piyyuuhh alhamdulillah anak kedua lahir. Bidan nya baru ngeh infus belum dipasang hehe. Lalu pertanyaan yang smaa datang "Pak mana baju adek nya" Ya ampuun meski sudah disiapkan jauh hari namun tadi nggak langsung dibawa karena mikir nya dapat ruangan dulu, suami nanti balik ambil tasnya. Hasil akhir ternyata sama saja anak kedua pun beli baju di apotik RS hehe.
Sekarang kalao mau imunisasi atau berobat maka kedua anakku di cubit pipinya "duhh ini anak-anak yang lahir tapi nggak bawa baju" hihihihi.
Pernah aku tanyakan ke Dokter bagaimana bisa aku tidak merasakan sakit sama sekali ? Menurutnya kejadian seperti ku ini langka, ada sih istilahnya tapi aku lupa. Nah kalau ditanya sakit nggak lahiran itu ? Menurut mamak sakit , tapi menurut ku melahirkan itu menyenangkan !
Tips Untuk Mudah Melahirkan :
- Yakinkan diri bahwa melahirkan itu adalah proses alami, seperti buah bila sudah matang akan jatuh sendiri.
- Berbuat baik dan minta maaflah setiap saat pada kedua orang tua
- Perbanyak jalan kaki, naik turun tangga dan sesuaikan kemampuan
Alhamdulillah inshaallah tak akan ada kalimat "mami melahirkan kalian itu sakit", terima kasih rab
Teman punya pengalaman apa saat melahirkan ?
10 Komentar
Semoga proses persalinan saya nanti juga lancar spt mak Uli...tinggal pluk...heheh...
BalasHapusheheh aamiin
HapusBanyak yg pengen seperti yg si mba alami.. Tapi sedikit yang beruntung dapat itu..
BalasHapusya apapun itu tetap membuat ibu nya hebat
Hapusterimakasih infonya mbak uli
BalasHapuswih padahal kl melihat istri melahirkan kasian gitu, tp ternyata wanita beranggapan berbeda ya. makanya letak surga itu ada di telapak tangan ibu. kata pepatah itu ya hehehe
BalasHapusjadi teringat waktu istri melahirkan
BalasHapusinfonya bermanfaat bener, terima kasih
BalasHapuswkwkwkwk menyenangkan menyenangkan tapi juga ya sakitt banget kak
BalasHapusYa Allah Bun, enak banget melahirkan nya. Semoga nanti saya juga bisa begitu.
BalasHapusKomen ya biar aku tahu kamu mampir