Indonesia Ku Kini

Indonesia Ku Kini

Sedih ...

Itulah yang ku rasakan saat ini, melihat kondisi Indonesia yang semakin sensitif, atas nama agama, atas nama kelompok rasanya akan ada pertumpahan darah yang akan terjadi..

Mamak pun menelpon agar aku menyiapkan stock sembako, teman-teman tiongha ku tidur dengan memeluk anak-anaknya karena takut besok tak bisa memeluk anak-anaknya lagi, teman-teman kristen ku ragu ketika harus memasuki mall untuk membeli keperluan hari besar nya, dan aku harus memastikan dulu bahwa tak ada atribut agama lain ketika aku melakukan selfie hanya karena aku takut di cap kaum liberal. Bahkan ketika mamak meminta aku menuliskan tentang Gubernur yang dia suka "AHOK" akupun terpaksa menolak hanya karena khawatir ada memberi cap "lu muslim apa nga ?"

Sempit..

Hidup rasanya tak senyaman sepuluh tahun yang lalu, harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi pun kini tak ada yang memperjuangkan nya. Semua pihak sibuk membuat aksi ini itu, tanpa hasil yang nyata melainkan hanya ada kepuasan yang berakar dari nafsu.

Sumber Pixabay.com

Boikot ...

Seruan terbanyak di tahun ini, dan itu terjadi karena ketidakpuasan, karena tidak sejalan dengan apa yang dikehendaki, kekecewaan itu karena apa ? Karena harapan mu tak terpenuhi, kenapa harus kecewa ? Karena ada nafsu yang tak terkontrol disana. 

Dulu sewaktu aku menghabiskan masa kanak-kanak dalam suasana Natal begini biasanya aku dengan riang sambil berlari-lari kecil akan bersenandung "jingle bell, jingle bell, jingle on the way", atau aku dan adik-adik dengan semangat menantikan serial home alone, tak sabar mengunjungi taman bermain karena disana aku bisa melihat pohon cemara dihiasi lampu, dihiasi lonceng, dan rasanya senang banget bisa melihat orang memakai topi santa, sebaliknya ketika kami berlebaran semua orang juga bersuka cita, rangkaian ketupat dimana-mana, ucapan Idul Fitri terpampang di semua kantor, mall, instansi pemerintah, dan kala teman ku merayakan hari Galungan pun tetap bisa menebar senyum dan saling bergandengan tangan tatkala hari itu tiba.

Kini ...

Entah kenapa ada yang resah dengan sebuah roti, ada yang benci melihat topi santa, ada kelompok yang menghentikan pujian mereka kepada tuhannya dan kata-kata minoritas, mayoritas muncul kepermukaan.


Mungkin ...

Iman ku tak ada, mungkin aku lah yang sesat, tapi aku rindu masa dimana aku dan semua teman ku bisa bermain bersama, saling berpegangan tangan, saling tersenyum di kala aku membantunya membuka kado natal nya, di saat dia menemani ku ke mesjid untuk tarawih, disaat kami memakan buah hasil persembahan kepada tuhan nya,andai bisa meminta, anda bisa memohon, bisa kah kita teriak kan bersama sila-sila pancasila, bisa kah kita gali kembali makna bhineka tunggal ika ?




14 Komentar

  1. Nangis aku bacanya.. :(. Akupun sediiih banget ama indonesia sekarang. Kenapa makin hari orang2 nya makin keras, makin arogan sampe menghina kepercayaan lain :(. Makin ga masuk akal dan menghalalkan segala cara.. Makin bertindak bagai Tuhan.. Seolah2 membela Tuhan, tapi aku yakin hanya uang dan posisi jabatan yg sbnrnya mereka incar.. Sedih ngeliatnya... :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. ah sukurlah ada yang satu rasa, asli aku memang sedih, apalagi kalo mendengar ketakutan teman2 ku yg takut tiba2 rumahnya didobrak, mamak ku sampai ngumpulin beras karena dipsr omongan para pedagang yg khawatir, hiikss asli sedih

      Hapus
  2. Jaman saya masih SMP Natalan saya berkunjung ke rumah tetangga. Sekarang ngucapin saja ga boleh katanya . Bingung makin pintar malah makin membatasi gerak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kan ria, jd mau ngapa2in aja kita yg mayoritas tkt apalagi yg minoritas

      Hapus
  3. semoga indonesia makin damai..ya... mba, kadang suka miris klo liat perang status dimana2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, sedih , kita buat status yg g sesuai isi kepalanya lgs dicap liberal hiiks

      Hapus
  4. :virtualhug
    Saya masih ingat dulu, pas jaman bom-boman, gereja kami dijaga oleh GP Ansor NU mbak.... Oleh orang-orang muslim. Tetangga yang berbeda agama pun masih berkenan datang mengucapkan selamat, sambil ngobrol-ngobrol bahkan kadang membantu membuat kudapan nastar atau kastengel sebagai penganan di hari natal. Rasa takut hanya muncul kepada pelaku kejahatan. Sementara dengan teman, kita bisa saling percaya dan saling berpikiran positif.
    Sekarang untuk berpendapat di sosmed saja rasanya panas mbak. Membaca kalimat-kalimat kejam yang sama menghancurkan hatinya dengan ancaman-ancaman bom di jaman dulu. Padahal bisa jadi teman sendiri.
    Tapi saya tetep punya pengharapan kalau semua akan jadi lebih baik mbak. Terutama setelah membaca artikel dari mbak Uli Hape. Ada kok orang-orang yang mau Indonesia tetap bhineka tunggal ika. Saya tetap percaya bangsa kita punya kemampuan untuk belajar. Melewati masa kelam, untuk masuk ke masa yang lebih baik nantinya.
    Semangaaaaaattt!!!!
    :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, iya rindu banget suasana spt itu, smg ttp damai amin

      Hapus
  5. Kesel rasanya lihat status timeline pun perbincangan. Cina, Batak, Sunda, dll, ga bisa kita memilih terlahir sebagai suku apa dan di mana kita lahir. Rindu zaman-zaman dahulu. Entah kenapa seperti ini sekarang ini. Saling curiga satu sama lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbk, mari kita jaga kesatuan bangsa, jgn teradu domba ya mbk

      Hapus
  6. Iya mak Uli ini kadang bikin sebel banget..sudah merambah ke sosmed....solusinya selama ini unfollow saja yang gak adem. baca yang ringan-ringan seperti telolet...haha

    BalasHapus
  7. Iya, aku pun sedih liat Indonesia saat ini, lagi diguncang banget kayaknya persatuan kita

    Salam,
    Asya

    BalasHapus
  8. Aku pun bingung ada apa dengan negeri ini :(

    BalasHapus

Komen ya biar aku tahu kamu mampir