Tulisan ini terinspirasi dari rasa yang hadir di hati ku.
Kanda sering banget bertanya, dari satu jawaban muncul pertanyaan. Kadang capek juga meladeni nya tapi tunggu ! Kanda masih dalam pertumbuhan dia ingin tahu kenapa, mengapa ? Lalu aku teringat akan diri ku yang sampai hari ini suka banget nanya, kapan, dimana, kenapa, ada apa ? Well Kanda just like me right ? Pada akhirnya aku terbiasa menjawab, toh tak ada yang dituntut si penanya kecuali menunggu jawaban kita.
Kalau bertemu dengan orang baru maka aku excited banget menanyakan arti namanya, dan tak jarang mereka tak punya penjelasan akan makna nama nya, sejak itu aku mulai mengurangi menanyakan arti nama seseorang, bukan tanpa alasan aku demikian, mamak memberi nama keenam anaknya dan selalu ada cerita dibalik nama tersebut dan itu mamak yang menceritakannya, lalu aku berpikir sama bahwa setiap orang tua memberi nama seperti mamak ku yang memiliki kisah masing-masing. Ternyata aku salah tak semua begitu, lalu aku memperbaiki diri untuk tak menanyakan arti nama seseorang.
Alhamdulillah banyak teman yang bertanya kepadaku dan selagi aku bisa maka aku akan menjawabnya. Terkadang pertanyaannya sepele, misal 'li gw mau ke tanah abang, naik apa ya ?". Akupun menyarankan naik mikrolet, naik bis, naik ojek kalau mau cepat atau kalau mau santai naik taksi. Suami ku yang membaca percakapan tersebut memberi komentar "yaela mi begituan aja dibalas serius, biarin aja sih dia cari jalannya". Betul aku bisa aja menjawab 'wah google aja lah" tak jarang tanya yang ada aku harus carikan dulu jawabannya, entah googling, nelpon orang yang paham , pokoknya aku harus kasih jawaban, aku harus carikan jawabannya. Aku selalu berpikir ketika seseorang bertanya it's mean she/he needs my help, minimal butuh opini, butuh respon hanya itu yang dinanti si penanya. Toh kalo dia mau dia bisa juga enggak nanya ke kita, bagiku adalah sebuah kepedulian ketika seseorang khusus ngechat kita hanya untuk bertanya, "oh ternyata dia ingat aku, ternyata dia butuh bantuanku".
Aku memiliki kapasitas memori terbatas, jadi aku mudah lupa. Vonis dokter diakhir masa kuliah ku dulu benar-benar aku jaga "tolong otaknya jangan diajak berpikir sulit, jangan menyimpan sampah, jangan memendam rasa yang tak penting". Salah satu caranya adalah selalu berpikir positif, memang benar ketika bisa memikirkan secara jernih maka kepala enggak jadi sakit, hati menjadi lebih luas dan akhir nya aku terbiasa seperti itu, meski selalu ada keberatan dari mamak ku, tapi aku yakinkan "apa sih mak yang mampu kita sembunyikan, Allah itu caranya hebat loh mak". Bagiku tak ada yang perlu disembunyikan, dan ketika bicara etika akupun berusaha mengikuti nya meski sering juga aku terpancing oleh hal yang tak penting.
Lama aku hanya menulis di akun kompasiana.com sampai ketika seorang teman mengajak join ke beberapa grup komunitas blogger, dan akhir tahun 2015 aku membuat blog gratisan di blogger.com sejak itu mulai mau mengaku sebagai blogger. Sebagai karyawan tak semua event bisa aku ikuti, tak semua event juga aku sukai tema nya, tak semua event juga harus berbayar baru mau daftar, tak semua event berbayar tinggi juga aku ambil. Intinya aku tahu diri lah, berusaha menyesuaikan semua kriteria yang ada harus ada pula di dalam diri dan blog ku. Dunia blogger memang riuh, ada saja yang perlu dibikin panas. Dan akhirnya tentang bertanya ini adalah salah satu yang aku takut kan.
Agenda pemasukan acakabel, tapi aku suka membuatnya kadang pas ngerapihin ini jadi pengen nanya aja bawaanya hehe |
Pernah aku hadir di suatu event, dan beberapa teman yang hadir berbisik kepada ku "ini jadinya gimana kok pas registrasi tadi kita enggak dikasih yang dijanjiin ya ?" Aku menjawab dengan gaya ku "enggak tahu juga, tapi bentar deh aku bantu tanyain ya". Akupun bertanya hanya demi bisa membuat teman-teman ini tak penasaran, itu niatan ku karena bagiku pribadi sebenarnya tak penting. Alhasil setelahnya aku mendapat nasehat "jangan bertanya tentang ini itu, nanti pasti ada penjelasannya". Well, OK aku salah, aku baru belajar jadi itu aku hitung sebagai masukan untuk diriku yang baru bergabung dalam dunia blogger. Aku catat baik-baik bahwa aku tak harus bertanya lagi, tunggu sajalah.
Bahkan aku pernah mengirim sms ke saudara untuk bertanya "ada nomor telepon tukang urut enggak ?". Bukan jawaban pertanyaan yang aku dapatkan melainkan vonis dari nya "ya ampun, sakit apa lagi ? kok sakit melulu ?" Lah maksud hati cuman mau ngesave aja nomor tukang urutnya jadi kalau butuh tinggal telepon, itu maksud sms ku eh ditanggapi lain hehehe, benar memang kadang lebih baik enggak usah nanya hehe.
Bahkan aku pernah mengirim sms ke saudara untuk bertanya "ada nomor telepon tukang urut enggak ?". Bukan jawaban pertanyaan yang aku dapatkan melainkan vonis dari nya "ya ampun, sakit apa lagi ? kok sakit melulu ?" Lah maksud hati cuman mau ngesave aja nomor tukang urutnya jadi kalau butuh tinggal telepon, itu maksud sms ku eh ditanggapi lain hehehe, benar memang kadang lebih baik enggak usah nanya hehe.
Alhamdulillah memang pada akhirnya tak perlu bertanya kalau semuanya sudah jelas. Tapi ternyata aku tetap butuh bertanya, dan aku selalu berusaha bertanya langsung ke yang bersangkutan tanpa perantara, dan biasanya aku benaran hanya bertanya untuk sebuah agenda ku, bukan menuntut atau meminta. Oneday aku sedang mengupdate buku coretan pemasukan dari ngeblog, dan aku tandai beberapa job yang belum ada info karena aku yang enggak detail atau karena memang aku merasa miss info. Bertanya adalah short cut menurutku dibanding aku harus buka email.
So bolehkah aku bertanya ?
2 Komentar
boleeeeh ^^
BalasHapusbtw mbak, vonis dokternya berlaku juga buatku deh, kayaknya :p
makasih hehe
HapusKomen ya biar aku tahu kamu mampir