Aku dan Jilbab

Aku dan Jilbab

Dulu sewaktu aku SMP sampai nangis-nangis meminta baju seragam muslimah, pengen banget pakai kerudung, enggak ada yang nyuruh itu hanya karena aku merasa suka dengan baju kurung yang aku pakai ketika sekolah Madrasah di sore hari.

Mamak adalah orang pertama yang tak setuju "ah jangan pake jilbab, masih kecil kau. Nanti baru pakai sebentar minta buka, apa kata orang nanti sama mamak ?". Yah begitulah hidup di negri yang penuh toleransi ini, sedikit saja melenceng maka bukan hanya kita tapi orang tua dan teman-teman kita bisa menjadi tersangka atas segala perbuatan kita. Mau tutup kuping, mau cuek aja pasti enggak bisa, manis di bibir memutar kata - malah kau tuduh akulah segala penyebabnya, nah jadi nyanyi haha.

Sumber https://pixabay.com/id/merancang-hijab-wanita-2146814/


Sejak awal itulah yang selalu di katakan mamak, apa kata orang ! Artinya memang orang lain akan selalu resek dengan apapun perbuatan kita. Namanya hidup bermasyarakat ya begitu, enggak semua bisa suka sama kita, malahan enggak perlu alasan lah hanya untuk membenci. Akhirnya lulus SMP aku memilih SMA favorit dan luar biasa sepertinya Allah memberi aku jalan untuk bisa berjilbab, peraturan sekolah negeri ini bahwa semua siswi muslim wajib mengenakan busana muslim. Senang kah aku ? Tidak! entah kenapa aku malah menolak untuk berjilbab, lalu mamak bilang "lah dulu ngotot mau ber jilbab sekarang kok malah nangis enggak mau pake?". Alhasil aku harus tunduk dengan kemauan sekolah. Hari pertama berjilbab aku rasanya bosan, gerah, dan pusing. Hari selanjutnya sudah tidak lagi, namun aku menyadari bahwa keinginan sewaktu SMP itu sudah tidak sama lagi, sekarang justru aku memiliki pandangan lain tentang Jilbab, kalau sebelumnya aku suka menutup aurat sebaliknya disaat aku tumbuh menjadi remaja aku tak ingin aurat ku di tutup. So ke sekolah aku berjilbab diluar sekolah aku lepas jilbab, apa kata mamak ? "inilah yang ku takut kan dulu, sudah pakai lalu di buka lagi, untung sekarang ada alasan berjilbab hanya mengikuti aturan sekolah". 


Akupun kuliah, dan lagi Allah mempertemukan aku dengan sebuah institusi yang membuat semuanya akan tampak lebih baik bila aku mengenakan busana muslimah. Dengan jilbab aku jadi mudah mendapat akses pinjaman buku dari senior-senior fanatik. Lantas jadi muslimah itu tak cukup hanya menutupi kepala, busana pun banyak versi nya. Aku bahkan harus tersingkir dari sebuah genks karena aku tak kunjung mengenakan rok, bahkan aku baru tahu juga kalau ada komunitas jilbab berpeniti tujuh buah, wow ternyata urusan jilbab saja sudah ada level-level nya.

Akhirnya aku nyaman berjilbab dan tak berkeinginan membukanya lagi, disaat itulah mamak baru menyetujui nya, dan aku masih harus berjanji untuk tak membuka jilbab ku demi apapun, termasuk urusan pekerjaan. Di tahun 2000 an ada beberapa teman yang memang terpaksa melepas jilbab hanya untuk sebuah pekerjaan, namun alhamdulillah tidak bagiku.

Rina Nose/Marhanda Buka Tutup Jilbab

Tak ada yang aneh sebenarnya karena itu hak perorangan, namun itulah kita yang selalu kerepotan dengan urusan orang lain. Buatku pribadi susah banget untuk menyentuh rana pribadi seseorang apalagi urusannya amal ibadah, wah macam tuhan saja kau bisa kasih nilai!. Media sosial ramai karena Rina Nose tetiba membuka jilbab nya, ada yang sudah terlanjur terinspirasi oleh nya pun menjadi sangat kecewa. Kalaupun aku harus komentar jujur ya aku lebih suka melihat Rina Nose berjilbab, entah kenapa dia terlihat lebih cantik. Tugas kita sebagai sesama muslim cukuplah doakan saja Rina supaya enggak galau lagi, supaya Rina bisa seperti dulu, toh hati kita itu di bolak balik juga sama sang pencipta kan.


Marshanda pun tak kalah membuat warganet ribut, tapi kalau dimintai komentar aku sih melihatnya mau buka or pakai jilbab Marshanda tetap cantik, sama cantik nya dan banyak yang lebih bisa menerima karena melihat Marshanda sedang sakit "jiwa" nya jadi seperti ada pemakluman. Begitupun banyak banget yang menghujat

Marshanda dan Rina Nose hanyalah manusia yang sama seperti kita, jadi enggak usah dihina dina jangan-jangan karena hinaan kita mereka justru jadi tak tertarik lagi berjilbab, jaga ucapan kita, doakan saudara kita untuk bisa sama baiknya dengan kita (kalo merasa begitu). Mamak ku sih bilang urusan agama dan ibadah itu menjadi urusan masing-masing,tugas kita hanya mengingatkan, keputusannya apa, hasilnya seperti apa bukan lagi jadi wilayah kita.

Syurga Neraka itu bukan urusan kitalah pren.. 


13 Komentar

  1. Setuju sekali mbak, jangan-jangan nanti kita ikutan berdosa karena mengurusi hidup orang dan lupa dengan kewajiban sendiri...hiks

    BalasHapus
    Balasan
    1. indonesia ini apa aja diributin ya hehe

      Hapus
  2. Kenapa ini tulisan jadi keren? Baca yg ini dong " Mamak ku sih bilang urusan agama dan ibadah itu menjadi urusan masing-masing,tugas kita hanya mengingatkan." Setuju pakai banget deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kalo bisa jamin ke syurga bareng sih iya kali ya hehe

      Hapus
  3. Ia maks surga dan neraka memang bukan urusan kita. So, Kita nggak berhak menjudge dan menghakimi orang lain, kembali ngaca ke diri sendiri aja :) jadikan sebagai pelajaran aja. Smg kita bisa istiqomah mengenakan hijab ya maks 😉

    BalasHapus
  4. Jadi inget Mama yg dulu larang saya pakai jilbab di masa sekolah. Masa labil2nya...daripada buka tutup, mending nunggu masa tepat biar istiqomah

    Semoga kedua artis kita mendapat kenyamanannya dalam kehidupan. Keduanya lagi galau. Hehe

    BalasHapus
  5. Sama ibu, gak boleh pake. Sama kakak, disuruh pake. Itu masih SD, hahah, jelas labil. Akhirnya, pas ada kegiatan agama aja pakenya, smp kerja, baru niat istiqomah. Inshaallah, semoga bisa.

    BalasHapus
  6. Saya percaya pilihan berjilbab dan membukanya kembali adalah pilihan terbaik bagi perempuan. Kalau terjadi pada keluarga saya, akan saya rangkul dan enyahkan para pencaci maki.

    BalasHapus
  7. Wkt sekolah, saya pernah kesel bgt, dimarahin sm ibu gara2 plg mlm abis ekskul... Alesannya 'apa nanti kata tetangga'. Duh ribet bgt ya ngurusin apa kata orang :D

    BalasHapus

Komen ya biar aku tahu kamu mampir