Sebagai Ibu bekerja, perasaanku tentu tak biasa-biasa saja. Aku selalu ingin anak-anakku mengingat aku sebagai Ibu yang baik. Semaksimal mungkin mereka harus aku kuasai, memandikan, memakaikan baju, memberi makan, menidurkan sampai mengajak bermain aku lakukan, semata hanya supaya anak dekat dengan ku. Pernahkah Ibu berpikir demikian ?
Jujur aku tidak! Bukan tak sayang anak tapi entahlah aku merasa bahwa seorang anak selalu mempunyai nilai khusus untuk Ibunya, seburuk apapun Ibu dimata sang anak atau bahkan orang lain. Dulu sebelum menikah aku pernah melihat anak menangis meraung karena ingin dipisahkan dari Ibu nya, padahal Ibunya setiap hari menyiksanya. Orang-orang merasa heran, namun anak itu menangis semakin pilu "jangan pisahkan kami, Ibu enggak jahat keadaan yang membuatnya begitu". Dilain kesempatan aku pribadi sebagai anak selalu benci dengan mamak kala beliau melarang apa yang menjadi kesukaanku, namun disisi lain hati tak pernah tenang bila tak mendengar do'anya.
Pengalamanku tadi membuat aku punya satu keyakinan bahwa Ibu mempunyai tempat istimewa di hati anak-anaknya, entah saat itu atau kapanpun waktunya akan tiba bagi si anak untuk memahami bahwa cinta seorang Ibu sudah ada bahkan hadir sebelum dia terlahir kedunia, 9 bulan dalam satu jiwa bukan waktu yang sebentar untuk mengukir kenangan indah dan aku percaya apapun keadaan Ibu maka selalu ada cinta anaknya. Karena itu aku tak pernah ngotot menjadi Ibu sempurna, aku tak pernah menghabiskan waktu untuk merebut perhatian anak-anakku. Dan satu hal sebagai seorang Ibu kita harus bisa kasih kesempatan untuk suami supaya dekat dengan anak-anaknya juga.
Seringkali aku dapati Ibu-Ibu zaman old justru memberi jarak antara anak dan ayah, seperti ketika baru pulang kerja si Ibu yang memahami suaminya lelah meminta anak-anak untuk tidak mengganggu sang Ayah, atau ketika pagi hari meminta anak-anak juga tidak mengganggu sang Ayah karena khawatir suami terlambat ke kantor dan semuanya dipikiran Ibu bahwa dia bisa menghandle, so it's Ok kan ?
Menurutku sebagai Ibu ada baiknya kita tahan diri sedikit, beri kesempatan pada Ayah untuk dekat dengan anak-anaknya. Suami gue keberatan li ? Coba beri pemahaman bahwa ketika anak-anak bisa dekat dengan Ayahnya maka mereka jauh lebih bahagia dan kitapun sebagai Ibu enggak akan kehilangan kasih sayang anak-anak kok. Awalnya suamiku pun cuek, namun aku minta pengertiannya bukan aku enggak sanggup menjaga anak seharian namun aku enggak ingin disaat kami menua nanti suamiku komplain seperti papa ku "kenapa sih anak-anak kalau nelpon hanya nanya mama saja, kalau bicara sama papa sebentar banget?".
Akhirnya diusia anakku enam bulan aku minta suami latihan memandikan anak, dengan sedikit kaku dan anak terkilir jadinya hehe akhirnya dia berhasil memandikan anak-anak, hingga kini anak-anak tinggal memilih terkadang mau mandi denganku atau papinya. Resiko anak terkilir tadi memang harus ada dan jangan kapok juga ya Bu hehe meski hasilnya tak separipurna kita tapi berikan apresiasi supaya Ayah tetap semangat dekat dengan anak-anak.
Terkadang aku "lari" ke kamar demi membiarkan mereka berinteraksi, jadi kini kalau kami sedang di luar maka semua terlibat atau ketika aku ada urusan ngeblog malam hari anak-anakpun dengan bahagia bermain dengan Papinya tanpa harus menungguku. Menidurkan anakpun demikian terkadang aku sengaja me time supaya suamiku belajar menidurkan anak meski seringnya papinya tidur duluan dari anak-anak hehe, tapi ketika aku dinas maka anak-anak tak susah memejamkan mata karena mereka terbiasa tidur dengan papi nya.
Yang aku rasakan ketika anak-anak mempunyai rasa sayang yang sama kepada Ibu dan Ayahnya maka mereka jauh lebih bahagia dan sering banget kedua anakku mengucapkan "aku sayang sama mami dan papi", karena mereka tak harus memilih, aku dan suami bisa hadir dalam semua suasana yang mereka inginkan meski ada masanya mereka lebih memilih aku Ibu nya, disitulah istimewanya kita sebagai Ibu, tak perlu susah payah karena cinta anak selalu istimewa untuk Ibu.
Tulisan ini sebagai wujud terima kasih ku pada suami yang telah mau menjadi Ayah bagi kedua anak-anak kita, 12 November kata orang adalah Hari Ayah so happy fathers day papi... terima kasih untuks emua waktunya. oh iya papi justru lebih jago kalo nyebokin anak-anak hihiih, emak selalu punya alasan "mereka kan anak cowok pi jadi sebaiknya papi yang cebokin" wkwkwkw.
5 Komentar
Ini agak kebalik ama keadaanku :D. Kalo pak suami justru lebih deket ke anak2.. Dan dia seringnya minta aku supaya sesekali bisa liburan bareng anak tanpa dia ikutan supaya bondingnya lbh kuat. Aku akuin sih, krn memang anak2 lbh deket ke papinya dan babysitter. Makanya sesekali kadang aku arrange quality time bareng anak tanpa papinya :)
BalasHapusnah iya bagus kalau sama2 memahami gini jadi bisa seimbang kedepannya
Hapussetuju. kemarin istriku ke salon, anak2 ditinggal ke aku. yang kecil setiap berapa menit sekali bilang umi umi...haha
BalasHapushahaha...iya dong harus bisa jadi umi juga ayah nya haha
Hapusmakasih gan, infonya,.
BalasHapusKomen ya biar aku tahu kamu mampir