Challenge ODOP ISB kali ini adalah cerita tentang pekerjaan pertama. Sebagai lulusan Sarjana dan sering hidup di Kabupaten maka cita-cita yang semula sangat mulia seperti Perawat, Guru terkikis oleh keindahan menjadi seorang PNS. Apalagi seorang wanita yang kerap akan mengalami dilema ketika sudah memiliki anak dan bekerja, maka PNS menjadi salahs atu solusi.
Menjadi PNS begitu didambakan karena memang di negeri ini PNS ditafsirkan dengan kerja santai, bisa korupsi dan tua nya nanti tetap digaji, amboi asyiknya! Namun rasanya tuhan memang tahu yang terbaik buat ku, aku yang suka bekerja keras penuh tantangan memang tak akan cocok menjadi seorang PNS, alhasil beberapa kali melamar dan nyatanya tak ada yang bersedia menerima aku di instansi pemerintah.
-ulihape.com- |
Well, pengalaman ini sudah pernah aku kisahkan di kompasiana, namun karena ini adalah bagian hidup yang terbaik maka menjadi pilihan untuk kembali aku ceritakan pada kesempatan ini, harapannya semoga menjadi inspirasi buat kalian yang sudah lulus sarjana dan meski Jokowi dua periode jangan pernah kau bermimpi untuk menjadi pengangguran ya !
Kalau ingat tentang pengalaman pertama kali bekerja itu rasanya sedih. Setelah lulus kuliah beberapa kali mengikuti rekrutmen yang diselenggarakan di kampus. Tahun 2000-an itu pekerjaan di bank adalah incaran banyak mahasiswi yang baru lulus. Meski tak cantik akupun punya impian itu. Bisa di tebak zaman old itu kalau mau kerja di front office rata-rata mata langsung menatap aneh dengan kerudung. Ya sudahlah akhirnya tak satupun peluang itu bisa aku dapat.
Iseng akupun mudik, istirahat di rumah mamak papa saja dulu, begitu aku mempertimbangkan uang kos yang harus dibayar namun belum bisa bayar sendiri. Akhirnya papa bilang "ya sudah kerja di kantor papa saja tapi dibagian lainnya". Nepotisme pastinya, tapi aku pikir kalau aku punya kemampuan why not ?
Hari itu setelah aku diperkenalkan ke seluruh isi kantor, dan papa pun meninggalkan ku. Tatapan sinis dari banyak orang jelas bisa aku pahami "isssh..mentang-mentang anak bos", "duile baru lulus aja langsung mau kerja, bisa apa?". Kuping ku mendadak budek, aku mau menangis menahan airmata tapi aku yakin bisa membuktikan ke mereka bahwa aku bisa kerja.
Kepala bagian datang dan menyuruh aku masuk ke sebuah ruangan. Ruangan itu adalah ruangan pencetakan polis asuransi. Papa ku adalah Kepala Cabang sebuah perusahaan asuransi yang cukup punya nama di Indonesia. Aku tak melihat ada meja disana untuk aku tempati, hanya ada bangku tanpa sandaran di ujung meja printer, dan ya ternyata di sanalah aku harus duduk. What ?
Hatiku ingin teriak, hellow ? Aku ini Sarjana loh, masak cuman disuruh duduk di bangku plastik? Tapi aku memang sabar sih hehe, jadi hal ini tak ku permasalahkan "lalu apa tugas saya Pak ?" tanyaku sambil berusaha memberi senyuman. "Silahkan robek pinggir kertas nasabah polis itu". Baiklah terima kasih pak, sahut ku.
Seorang admin di mesin cetak itu menyapa ku ramah "sabar saja, biasa orang-orang sudah bilang ada anak bos mau kerja disini". Iya gak papa sahut ku. Aku merobek pinggiran kertas nasabah polis, pinggiran kertas yang bolong-blong itu genks, pekerjaan mudah namun murahan ya kan ? Sedih banget, tapi aku harus membawa kabar baik untuk papaku. Sampai sore aku merobek pinggiran kertas polis nasabah. Terkadang aku disuruh mengantar berkas-berkas ke lantai lain di ruangan lain. Setiap orang memberi senyuman sinis namun aku balas dengan manis.
Tuhan kan memang tak pernah tidur, itu prinsip ku. Bahkan sampai saat ini setiap niat tak baik orang lain alhamdulillah bisa diluruskan Allah sebagai hadiah kesabaran ku menghadapi situasi. Setiap hari aku datang dan pergi ke kantor dengan pekerjaan yang mudah dan murahan, namun tak sekalipun aku menceritakan perlakuan ini kepada Papa ku. Aku paham betul kekesalan orang-orang di kantor ini dan aku juga paham betul mereka hanya menunggu aku melaporkan mereka, tapi tunggu kawan tak semudah itu aku melakukan mau kalian.
Suatu hari Kasir kantor itu hendak cuti melaksanakan umroh, dibutuhkan tenaga pengganti yang seharusnya berasal dari karyawan senior. Kasir bukan pekerjaan mudah, melakukan pembukuan keuangan secara komputerisasi di zaman itu yang kalau salah klik harus menunggu IT dari Jakarta baru bisa jalan lagi.
Beberapa karyawan di coba dan kasir menilai tak mampu, lalu entah mengapa kasir itu meminta aku mencoba dan bak cerita dongeng aku bisa dan memang mudah menurut ku. Alhasil Kepala Bagian yang memberi tugas menyobek kertas itu meminta ku untuk menggantikan kasir dan sejak saat itu semua orang yang ada di sana mengakui kemampuan ku. Satu per satu mereka meminta maaf.
Pengalaman kerja pertama yang selalu membekas di hati meski tak mendendam. Suatu hari papa akhirnya tahu apa yang aku lakukan di kantor kala itu. Namun bagiku tak menceritakannya adalah bentuk pembuktian bahwa meski aku anak bos akupun memiliki kemampuan, tapi sering kali lingkungan sudah meremehkan, memberi nilai yang bukan semestinya
So guys kalao di kantor lu ada anak baru, sambutlah dengan kebaikan. Kadang anak baru memang gajinya lebih tinggi tapi bukan jadi alasan kita untuk mem-bully-nya. Seringnya anak baru memang lebih menjadi pusat perhatian bukan karena dia lebih baik, namun karena perusahaan berharap ada ide baru dari nya karena itu jangan asingkan dia. Ada kalanya anak baru merasa linglung itu bukan karena dia tak mampu tapi dia begitu takjub dengan dunia pertama kali kerja.
Hari ini aku sudah bekerja selama 18 tahun di 8 perusahaan perkebunan, dan sampai menjadi ibu dari dua orang anak aku begitu mencintai pekerjaanku, semuanya karena lingkungan kerja yang bisa aku takluk kan. Iri hati dari kolega bukan tak ada, namun aku bisa mengubahnya jadi cinta, so guys kalian yang baru pertama kali kerja hadapi dunianya dengan sabar dan kebaikan, bahwa tak ada kesia-siaan di dunia ini termasuk menjadi anak buah yang patuh, menjadi rekan kerja yang sabar dan bahkan menerima nasib meski tak naik gaji bertahun-tahun hehe.