Belajar Dari Rumah Lanjut Sampai Akhir Tahun? Saya Memilih Cuti Sekolah

Belajar Dari Rumah Lanjut Sampai Akhir Tahun? Saya Memilih Cuti Sekolah

Ketika Covid-19 datang tak terbayang dampaknya begitu luas seperti saat ini. Bukan hanya menghantan perekonomian tapi melahirkan kebiasaaan-kebiasaan adaptasi baru bagi semua kegiatan. Kerja dari rumah, beribadah dari rumah dan belajar dari rumah.

Saya memiliki dua orang anak yang bersekolah di Yayasan Permata Hati Tangerang, alhamdulillah sampai hari ini proses kegiatan belajar dilakukan secara online yaitu melalui grup whatssap. Semula saya berpikir kenapa sih gak disediakan materi berupa video? Namun tanya saya terjawab bahwa pandemi yang datang tak bisa membuat guru-guru mendadak menjadi pembuat konten materi berupa video.

Pembagian raport bagi kedua anak kamipun telah selesai, sampai saat ini kemungkinan besar sekolah anak-anak tetap mengacu kepada keputusan pusat yaitu melanjutkan BDR sampai akhir tahun. Ketika orang tua seperti saya resah mengenai BDR yang saya nilai tak efektif ternyata guru-guru juga memiliki perasaan yang sama. 

Wali kelas anak saya yang setiap tahun memang kebagian jatah memegang kelas 1 SD, juga gak bisa membayangkan bagaimana BDR berjalan tanpa beliau mengenal anak didiknya? Hal yang sama saya rasakan bagaimana saya bisa berkomunikasi dengan wali kelas baru yang tak saya kenal? Bagaimana menjelaskan ke anak kalau dia sudah naik kelas? 




Saya sudah menuliskan 7 alasan BDR tak efektif dilakasanakan, dan ada juga orang tua murid seperti saya yang meminta agar sekolah bisa melaksanakan tatap muka, namun pihak sekolah tak bisa berbuat banyak karena harus tunduk kepada peraturan yang sudah ditetapkan pusat.

BDR tak otomatis membuat anak-anak tak berkeliaran, faktanya hampir setiap hari saya melihat ada banyak orang tua yang mengajak anak ke pasar atau sekedar ikut ngantor dengan menggunakan kendaraan umum. Alasannya apalagi? Selain daripada anak bosan? BDR tak akan membuat tujuan Mas Menteri tercapai kalau tujuannya memutus rantai Covid-19 kenapa?

Keputusan BDR tak sejalan dengan kebijakan lain seperti sudah membuka mall, membuka akses transportasi dan perusahaan-perusahaan yang sudah berjalan #NewNormal bahkan beberapa tempat les anak saja sudah buka. Lantas apa gunanya BDR ini?

BDR Hanya Untuk Middle UP?




Saya sampai berpikir bukan hanya hukum yang tumpul ke atas, melainkan keputusan BDR ini hanya menyasar mereka yang middle up, mengapa? Mas Menteri harus turun ke jalanan, ada banyak pengamen anak-anak saat ini berkeliaran karena alasan libur sekolah, gak semua orang tua mempunyai kemampuan memiliki ART, Gak semua Ibu menjadi nyonya besar, gak semua orang tua mampu mendatangkan tenaga pengajar ke rumah dan gak semua orang tua punya kemampuan menyekolahkan anak ke sekolah dengan teknologi tinggi yang mendukung BDR secara online.

Anak Saya Cuti Sekolah

Harapan awal saya semula adanya penundaan pelaksanaan Tahun Ajaran Baru supaya orang tua seperti saya tak terbebani dengan BDR yang tak efektif ini. Anak saya yang peralihan dari TK A ke TK B saya putuskan cuti sementara sampai ada tatap muka kembali. 3 Bulan menjalani BDR si anak TK tak ada bedanya dengan bermain bersama orang tua. Sentuhan pengajaran tak dapat sama sekali, lantas buat apa anak saya menjalani TK B secara BDR? Sementara SPP jalan terus? Andaipun ada diskon mau sampai berapa persen? Tapi tanpa tatap muka rasanya juga gak akan menjadi solusi bagi pendidikannya. Akhirnya saya memutuskan cuti sementara sampai ada tatap muka kembali.

Keputusan cuti ini supaya saya bisa memberikan hak pendidikan anak dengan baik, kekurangan saya tak bisa mendampinginya, jadi selama cuti saya akan memasukkan anak ke tempat kursus saja sehingga alokasi SPP bukan buat jajan cilok melainkan mengalihkan ke pendidikan lain sehingga lebih efektif dalam proses belajar-mengajar.

Kalau sudah begini saya hanya terus bertanya "kenapa sih gak undur saja tahun ajarannya?" meski saya tahu gak mudah tapi itulah tugas MAs Menteri bukan? hehe



0 Komentar

Komen ya biar aku tahu kamu mampir