Proses Belajar Di Sekolah Permata Hati Selama Masa Pandemi Covid-19

Proses Belajar Di Sekolah Permata Hati Selama Masa Pandemi Covid-19

Belajar Dari Rumah

Alhamdulillah akhirnya selesai juga satu tahapan proses belajar di sekolah Permata Hati, Juni ini anak pertama kami akan naik ke kelas 2 dan si bungsu akan menjadi anak TK Besar (inshaallah). Tahun ajaran 2019/2020 sangat terasa singkat karena adanya pandemi Covid-19 sejak pertengahan Maret 2020 hingga kini kedua anak kami terpaksa Belajar Dari Rumah (BDR).

Yayasan Permata Hati Tangerang adalah salah satu sekolah swasta yang melaksanakan BDR sesuai arahan pemerintah setempat. Harapan untuk tatap muka di sekolah sempat muncul pada akhir Mei 2020 namun karena perkembangan Covid-19 yang masih belum melandai akhirnya Sekolah Permata Hati kembali mengambil sikap sesuai arahan pemerintah untuk kembali melanjutkan BDR sampai waktu yang belum ditentukan.

Belajar Dari Rumah
Belajar Dari Rumah Saat Pandemi

Sebagai orang tua kami tentu mensupport apa yang menjadi kebijakan pemerintah dan sekolah, bagi kami untuk mengalihkan pendidikan formal ke home schooling agak susah, kendalanya adalah keadaan kami. Namun kami juga menginginkan anak-anak bisa mendapatkan hak pendidikannya seperti sebelumnya. Menjadi guru sudah jelas adalah sebuah profesi makanya gak semua orang tua bisa menjadi guru bagi anaknya. Materi pelajaran bisa saja dikuasai tapi dalam penyampaiannya tentu tak bisa seperti seorang guru.

Kemendikbud sudah memberikan pernyataan bahwa Tahun Ajaran Baru akan tetap dimulai pada bulan Juli, dan untuk mengadakan tatap muka proses belajar mengajar di sekolah tampaknya 94% wilayah di Indonesia tidak bisa melakukannya karena masih berada pada zona merah, orange dan kuning. Sayangnya kami berada pada zona merah dan hal ini membuat kegelisahan bagi saya pribadi.

Proses BDR selama 3 bulan ini menurut saya tidak efektif karena materi pelajaran kebanyakan disampaikan melalu grup whatsapp, sesekali ada materi berupa video dan itu juga sangat singkat dan hanya berisi tentang apa tugas yang harus dikerjakan siswa. Jadi benar adanya yang terjadi adalah BDR ya hanya belajar tanpa ada proses mengajarnya. 

Kini anak-anak terbiasa menanyakan "tugas ku apa hari ini? berapa lembar mi?" setelahnya mereka akan mengerjakannya dan lalu teriak happy karena sudah selesai. Materi pelajaran untuk satu hari bisa diselesaikan dalam satu jam saja. Hal ini membuat anak-anak merasakan bahwa BDR itu mudah, gak harus bertanya ke guru, gak harus bertemu teman yang menyebalkan, gak harus merindukan teman kesayangan. 

Selama menjalani BDR alhamdulillah semua berjalan lancar, Sekolah Permata Hati Tangerang selalu memberi kemudahan bagi keadaan masing-masing murid dan orang tua. Tak ada sebuah paksaan, dan gak ada komplain dari kami selaku wali murid. Alhamdulillah juga Permata Hati Tangerang taat banget dengan protokol Covid-19, melewati berbagai kegiatan yang sudah direncanakan. Karena ada loh sekolah yang tetap nekad melaksanakan pelepasan murid dengan alasan "TK kan sekali aja sayang kalau gak photo bareng". Duh mendengar curhat seorang teman saya kok greget sama pihak sekolah yang begini?

Alhamdulillah Permata Hati Tangerang juga akan mengembalikan sisa dana kegiatan yang tidak terpakai kepada orang tua, bukan tentang jumlahnya tapi saya bangga karena Permata Hati Tangerang bisa mengambil keputusan ini daripada memaksakan tetap mengadakan kegiatan di tengah pandemi Covid-19.

Harapan saya setelah memastikan tidak ada pengunduran Tahun Ajaran Baru adalah :

  1. Sekolah Permata Hati Tangerang bisa memberikan keringan pembayaran SPP sebagai kompensasi kepada orang tua dan murid yang melaksanakan kegiatan BDR, hal ini tentu sudah mengurangi beban guru dan sekolah juga. Keringanan SPP bukan mengejar kembalian uang hanya saja ini bentuk apresiasi pihak sekolah yang sudah bekerjasama dengan orang tua untuk melaksanakan BDR.
  2. Andai memang tak ada tatap muka, ada baiknya Permata Hati memikirkan sebuah skenario proses belajar online yang tak menghilangkan sentuhan tatap muka. Bisa murid yang dijadwal untuk datang ke sekolah atau guru yang melakukan kunjungan ke siswa.
  3. Materi BDR dibuat lebih bervariasi, masing-masing guru bidang menghubungi anak-anak lewat telepon atau video call, sapa murid dan tanya apakah mereka mengerti tentang tugas mereka? Apabila ini berjalan maka saya tak keberatan untuk membayar SPP secara full.
  4. Ujian dibuat lebih kompetitif, beberapa kali menjalani ulangan dan ujian saat di rumah saya merasa ini sangat mudah karena tidak ada batasan waktu dalam mengerjakan soal. Andai bisa dibuat seperti saat berada di sekolah maka akan lebih baik untuk mengajarkan anak-anak bahwa ujian adalah saatnya mereka berjuang. Soal ujian bisa dibuat secara online dengan masa pengerjaan sekian jam maka soal tak bisa diakses lagi. Jadi tak masalah kalau murid baru bisa mengerjakan jam 8 malam tapi selama 2 jam kedepan kalau tidak selesai otomatis soal tak bisa diakses. Kalau ini tampak rumit, maka ujian dilakukan dengan online saja, guru buat saja 3 soal tapi langsung menanyakan ke anak, ujian lisan bukan tulisan. Hal ini akan lebih melihatkan kemampuan murid menurut saya.
  5. Jangan memaksakan kegiatan ceremony, sampai hari ini Permata Hati Tangerang sudah sangat baik menyikapi hal ini dan semoga tetap konsisten meski beberapa area tempat berlibur sudah dibuka.
  6. Memberikan Hak Cuti, saya bercermin dari anak saya yang TK karena anak TK memang belum paham tugas sekolah maka selama 3 bulan ini tampaknya BDR itu gak berarti. Sehingga mungkin Permata Hati bisa memberikan pilihan kepada orang tua apabila ingin cuti selama belum ada kegiatan tatap muka. Cuti artinya dibebaskan juga dari kewajiban membayar uang sekolah. Saya sendiri akan mencutikan anak saya dengan atau tanpa ada pilihan dari sekolah. Alokasi SPP selama 1 semester akan saya alokasikan ke kegiatan lain yang lebih memberi efek kepada anak saya.
Semoga isi hati ini bisa disikapi dengan baik, bukan sebuah tulisan kekecewaan hanya sebuah harapan untuk pendidikan bisa berjalan dengan semestinya. Pandemi Covid-19 memang mengobrak-ngabrik semua hal termasuk pendidikan. Semoga Permata Hati bisa membuat kebijakan yang memfasilitasi semua kondisi orang tua, termasuk kami yang sudah tak menjalankan WFH dan setiap hari anak-anak harus berangkat ke daycare.

Terima kasih untuk semua guru-guru Permata Hati atas ilmu dan pengajarannya kepada kedua anak kami, semoga pandemi segera berlalu dan kegiatan belajar mengajar bisa berjalan seperti semula, aamiin




0 Komentar

Komen ya biar aku tahu kamu mampir