Ketika Rasa Benci Bertemu Aku, Kamu dan Kita

Ketika Rasa Benci Bertemu Aku, Kamu dan Kita

Kapan kita menjadi tak baik atau khilaf? Ketika kita bertemu dengan kebencian, fenomena menyaring pertemanan di facebook salah satu indikator yang aku gunakan adalah rasa benci. Aku bisa melihat apakah dia layak berada di linimasa sosial mediaku dari hal-hal yang dia tayangkan dan biasanya ketika seseorang bertemu dengan hal yang dia benci hanya da dua kemungkinan " dia menghujat atau bisa mengontrol dirinya dengan baik". Akupun bisa jadi menjadi teman yang terusir karena aku membenci sesutu which is itu berseberangan dengan followerku.

jangan membenci
Jangan Membenci - ulihape.com

Mengontrol rasa benci itu memang susah, mau menjelma jadi malaikat di sosmed juga susah bahkan ada yang bersembunyi pada kalimat "daripada gue simpan sendiri, daripada ngomong di belakang" tapi ketika kita dipertemukan dengan rasa benci maka akan sulit mengontol diri kita dan menurutku itulah gambaran sebagian diri kita. 

Aku pribadi terkadang tersulut emosi ketika bertemu dengan kebencian, namun aku semaksimal mungkin menunda tayang apa yang telah aku tulis. Penundaan beberapa saat terbukti ampuh untuk menyadarkan aku dari apa yang aku benci.

Beberapa saat ini aku menghide atau bahkan mengunfollow teman yang ada dalam daftar pertemananku, semuanya karena postingan mereka menurutku karena rasa benci itu mereka menjelma menjadi pribadi yang lain dan membuat aku berasumsi "jangan-jangan dia emang aslinya begini" that's why lebih baik aku hide or unfol supaya aku tetap mengenang mereka sebagai good people, karena aku hanya manusia biasa yang bisa saja karena satu kesahalahan menghapus 9 kebaikan right?

Seseorang yang selama ini cukup menghibur di sosial media tetiba bertemu kebenciannya, dia benci melihat seorang Ibu tokoh publik yang menyarankan aneka resep masakan kukus/rebus karena harga minyak goreng sedang mahal. Bebas sih beropini namun aku jadi melihat kebenciannya kali ini, hal ini membuat aku mengetahui ternyata selama ini dia begitu benci dengan si Ibu padahal apa yang disarankan ya sudah umum, namun karena bertemu dengan yang dibenci jadilah membuat kita bergeser dari hal baik, lebih asyik menggunjingkannya, bahkan kelompok yang senada semakin meramaikan postingan dan ini bikin bahagia "i am not alone" tapi bisa membuat kita terjerumus ke hal yang lebih tak baik walau mungkin memberikan kepuasan lain.
Ada lagi seorang teman yang selama ini memang bersebelahan banget dengan pilihan ku. Secara ekonomi kami sih so-so kadang bokek banget, kadang bisa beli barang branded. Satu hari dia juga dipertemukan dengan hal yang dia benci, kenaikan harga BBM dan lucunya ditengah kepanikannya tentang harga yang mahal siapa sangka dia malah membeli mobil baru. Aku yang mendengar omelan panjangnya terhadap pemerintah hanya bisa melongo, dia merepet karena bertemu dengan hal yang dia benci atau dia apes beli mobil saat BBM naik?

Seringkali kebencian ini seperti menunjukkan kepribadian lain dari seseorang, tak jarang rasa benci membuat aku kecewa mendapati seseorang. Lihat saja berapa banyak idola yang apes karena penggemarnya menemukan kebencian pada dirinya, AA Gym langsung ended begitu beliau poligami, semata hanya karena kebanyakan pengagumnya membenci poligami.

Begitulah rasa benci, bisa dikelola dengan sabar dan biasanya akan membuat kita bisa memahami apa yang kita benci. Berikan ruang dihatimu untuk tak membenci sejatinya aku percaya apa yang kita rasakan sumbernya dari hati. Bahagia saat orang lain bahagia, bisa memaknai sesuatu yang kita benci, tak menebar rasa benci meski sedang membenci.

Rasa benci hanya bisa diskip bila kita punya pandangan positif, akupun kesal mendengar teori yang nggak masuk akal dikala kita sedang susah, namun bila bersabar maka akan hadir rasa lain, rasa syukur kita masih bisa menikmati hidup, rasa syukur kita masih dimampukan Allah.

Bila kita bisa membenci artinya kita masih mampu, cobalah menahan rasa benci dengan perbanyak sabar. Ketika mampu mengendalaikan benci yang aku rasakan Allah memberi hal baik, dan aku memang tak bisa membenci karena seolah aku bisa memahami hal apapun yang berseberangan dengan ku. Seperti mantra yang diajarkan Mamak ku supaya bisa memaklumi orang lain aku akan ucapkan "karena bukan aku". 

Mari terus berprasangka baik seperti yang Tuhan pinta!

0 Komentar

Komen ya biar aku tahu kamu mampir