A Day in My Life Transformasi Diary Era Digital?

A Day in My Life Transformasi Diary Era Digital?

Dear Diary,

Ketika aku SMP mulai gemar menulis diary, ya zaman itu komputer belum banyak yang tersambung internet, hanya perkantoran mungkin yang sudah menggunakan internet dan itupun terbatas. Diary adalah wadah untuk menuangkan segala isi pikiran dan bersifat privacy bahkan banyak model diary saat itu menggunakan gembok, akupun demikian menulis diary dan menyimpannya jauh dari jangkauan siapapun termasuk orang tuaku. Diary pada masa itu menjadi buku catatan yang sangat rahasia, ditulis oleh diri sendiri, dibaca diri sendiri dan diputuskan oleh diri sendiri apakah layak dibaca orang lain atau harus dimusnahkan.

Menulis Diary
A Day in My Life Transformasi Diary Era Digital

Menulis diary merupakan rutinitas yang kerap aku lakukan dan biasanya pada malam hari aku akan menulis apa yang kurasa dan bahkan khayalanku juga aku tuangkan dalam buku diary bergembokku.

Diary Era Digital

Ketika internet mulai tersambung dibanyak tempat selain kantor maka kegemaran menulis diary menjadi pupus, aku lebih senang melakukan percakapan lewat aplikasi chatting, rasanya menyapa dan bercerita kepada orang lain yang tak ku kenal sama senangnya dengan menulis diary. Ada perasaan bahwa cerita itu tak akan tersebar disekitarku, hanya aku dan teman online yang tahu.

Internet semakin luas, tak sekedar chatting berbagai platform untuk menulis juga muncul tahun 2000-an ada Friendster dan Multiply. Aku suka menulis apa saja di sana, sampai akhirnya muncul facebook yang lebih user friendly membuat aku selalu becerita di beranda facebook dan semakin membuatku lupa akan diary.

Bedanya menulis di era digital semua hal yang aku kisahkan tak lagi bersifat rahasia seperti dulu ketika aku menulis diary. Menulisnya sembunyi, dan tak ada yang boleh baca sedangkan ketika era digital semua hal yang ingin aku ceritakan justru ingin segera diketahui orang lain, komentar menambah seru postingan dan ini tak kutemukan pada diary. 

A Day in My Life Diary Zaman Now

Konten A Day in My Life kini bertebaran di berbagai platform sosial media, konten yang bercerita tentang kegiatan dari bangun tidur sampai tidur kembali. Mirip sih dengan diary ya namun konten a day in my life sudah berbeda dengan fungsi diary yang bersifat rahasia, bahkan semua membuat konten ini dengan motivasi yang berbeda-beda. 

Kalau dulu aku sibuk memilih aneka design diary sekarang mungkin disibukkan dengan memilih platform mana yang digunakan untuk bercerita. Reels dari Instagram dan Tiktok sepertinya adalah dua aplikasi yang paling digandrungi banyak orang untuk membuat konten A Day in My Life.

Namun apakah diary era digital ini memiliki manfaat yang sama dengan mengetik kisah di media sosial? Menurutku sih tidak ya, bagaimanapun menulis akan lebih membuat otak kita bekerja dengan baik lebih lama mengingat apa yang kita tulis, beda dengan diary era digital bahkan sehari bisa posting beberapa kisah dan yang memiliki komentar lebih banyak biasanya itu yang diingat, fitur kenangan di facebook membuat aku menyadari bahwa banyak hal yang kulupakan dari apa yang aku posting, sementara buku diary aku bisa mengingatnnya lembar demi lembar kisah yang tertulis didalamnya.

Selain itu ku baca dari literatur online kegiatan menulis juga lebih membuat otak lebih kreatif daripada sekedar mengetik. Tapi era digital membuat semua terasa lebih mudah dan menyenangkan, seperti ketika menulis blog sebagai pengganti diari aku bahkan bisa membuat ilustrasi lebih menarik dan tanpa harus membeli banyak spidol ataupun alat lainnya cukup dengan kuota internet.

So far sih kebiasaan menulis diary ku sudah berpindah ke era digital dan ini dia platform yang aku gunakan :

  1. Blog, ada beberapa blog tempat aku bercerita Blogspot, Wordpress dan Kompasiana. Menulis di blog membuat aku bisa bercerita hampir seluruh kategori bahkan kini blog bukan sekedar pengganti diary namun ku anggap menambah income keluargaku.
  2. Social Media, Facebook aku gunakan menyimpan poto karena bisa membuat album jadi lebih mudah melihat progres tumbuh kembang anak-anak ditambah pula ada fitur kenangan yang bisa membuat aku flashback ke masa lalu. Twitter aku gunakan untuk "ngedumel", Instagram untuk upload poto pilihan dan melakukan mini blogging drakor. Tiktok melengkapi kehaluan ku haha, ingin tampil cantik mampir ke tiktok karena filternya selalu bikin cantik haha
  3. Whatsapp, biasanya saling curhat lewat WA bukan sekedar ketikan tapi bisa melepas rindu dengan fitur video callnya
Bagaimana dengan Buku Diary? Masih punya? Ada dong! tapi fungsinya bukan lagi sebagai media curhat melainkan menulis pekerjaan, deadline job dan pemasukan dari blogging hehe. So kamu tim mana nih? Setia menulis diary atau mengetik sepertiku?



0 Komentar

Komen ya biar aku tahu kamu mampir