Diari Bergembok Itu Membuat Ibu Menangis

Diari Bergembok Itu Membuat Ibu Menangis

Diari

Ketika aku remaja di era listrik masih sering menyala bergilir dan ketiadaan internet maka salah satu cara melepas emosi adalah dengan menulis buku diari. Ada banyak jenis diari kala itu, bahkan aku memiliki beberapa diari untuk berbagai kisah. Menulis diari bukan sekedar tren saat itu, diari layaknya sosial media saat ini, meski bergembok which is bukan untuk dipamerkan seperti sosial media saat ini, namun menulis diari juga aku jadikan sebagai bahan evaluasi diri. Apa yang sudah aku lakukan, apa kesalahanku, dan apa yang aku inginkan, cukup diari saja yang tahu bagaimana perasaanku saat itu.

Diari
Diari Isi Hati


Diari itu bergembok, tentu saja karena itu adalah privasi, juga aku tak ingin orang mengetahui bagaimana emosiku. Diari itu hanya aku yang bisa membukanya, bahkan Mamak saja tak boleh menyentuhnya dan beliau sangat menjaga privasi anak-anaknya. Karenanya aku selalu merasa aman menuliskan apapun ke dalam diariku.

Ada dua diari khusus, satu diari yang aku tulis dan isinya semua adalah dosa, iya dosa karena aku melanggar perintah Allah. Jujurly isinya tentang aku dan pacarku, ungkapan kerinduan, angan seorang remaja ketika memiliki kekasih yah bisa ditebaklah isinya mirip cerpen romansa bahkan ada juga cerpen yang aku tulis setema dengan kelakuanku haha. Diari kedua adalah berisi emosiku terhadap Mamak, rasa kecewa, rasa teraniya bahkan keinginanku dalam membalas kekecewaan aku tulis dengan detail.

Time flies akhirnya akupun kuliah, dan kala itu Papa kerap berpindah tugas dan Mamak selalu merapihkan semua barang-barangku, bahkan boneka masa kecil juga selalu diangkut kemana kami pindah. One day Papa menelepon dan bertanya " tadi Mama mu menangis, Papa lihat Mama mu membaca buku diarimu" Deg! akupun langsung paham apa yang terjadi dan dari dua diari khusus tadi aku tahu diari mana yang membuat Mamak menangis. Fix itu diari bergembok berisi emosiku terhadap Mamak. 

Aku hanya diam dan tak punya nyali menelepon Mamak, meski itu tulisan lama tapi aku paham kita tak akan pernah bisa menerima ketika ada seseorang yang membenci kita, terlebih itu aku anak Mamak yang tentu saja kebaikan beliau lebih banyak dari rasa kecewa namun puja puji dulu bukan sebuah tren untuk ditulis dalam buku diari bukan?

Seminggu berlalu dan akhirnya Mamak menelepon namun tak menyinggung diari, akupun berusaha bisa dan pura-pura tak tahu bahwa Mamak membaca emosiku untuknya. Ketika akhirnya aku pulang ke rumah, aku mencari kotak berisi diari-diariku dan semua gemboknya sudah lepas bahkan diari kisah aku berpacaran pun sudah tak bergembok, what! alamak semuanya dibaca Mamak hiks!

Akupun tak bisa diam lagi, aku bawa kota berisi diari itu dan bisa ditebak wajah Mamak diam dan kalimat pertamaku adalah "Diari-diariku ini sudah Mamak baca ya?" jawabannya adalah isak tangis beliau "nggak sangka Mamak kalau segitu bencinya Uli sama Mamak", "nggak sangka Mamak ternyata dulu pacaranmu begitu". Aku membela diri, bahwa apa yang Mamak baca adalah luapan peristiwa di masa lalu dan itu nggak sinkron dengan waktu Mamak membaca diari which is sudah mengantarkan aku pada posisi saat ini. Andai saja Mamak membaca dan kembali ke masa kejadian percayalah bahwa apa yang Uli tulis hanyalah sebuah rasa, sebuah respon atas kejadian kala itu.

Anehnya Mamakku tak merasa melakukannya, kami mencoba kembali ke masa lalu berdebat dan alhasil saling mengaku salah. Diari bergembok itu seolah membuat aku menjadi anak durhaka, padahal apa yang aku tulis adalah rilis emosi suapaya aku kuat saat itu. Diari bergembok itu akhirnya dibaca Mamak, seseorang yang paling aku hindarkan dari diari, itu mengapa diari itu bergembok supaya isinya hanya aku yang memahaminya.

Diari bergembok itu akhirnya terbuka karena berkarat dan dibaca oleh orang yang paling aku rahasiakan, endingnya diari-diari itu aku bakar bahkan ketika aku membacanya ulang aku menyadari betapa hebatnya diriku dulu mampu bertahan karena menuliskan amarah ke dalam diari.

Well, buat kalian yang menulis jurnal nasihatku tulislah hal-hal yang menguatkan, supaya kelak ketika jurnal kalian dibaca seseorang yang kalian tuju isinya tak menyakitinya!

0 Komentar

Komen ya biar aku tahu kamu mampir