Adil Saat Menerima Rezeki : Bekerja Sepenuh Hati, Bukan Sekadar Gugur Kewajiban

Adil Saat Menerima Rezeki : Bekerja Sepenuh Hati, Bukan Sekadar Gugur Kewajiban

Hallo bloggers!

Tahun 2025 gimana nih job ngeblog? Alhamdulillah meski terasa menurun tetapi masih ada saja artikel berbayar yang aku terima. Karena percaya roda berputar maka akan tiba kembali blogger berjaya, inshaAllah, aamiin.

Adil menyikapi rezeki
Adil Saat Menerima Rezeki : Bekerja Sepenuh Hati, Bukan Sekadar Gugur Kewajiban (ulihape.com)

Ada satu prinsip yang sejak lama kutanamkan dalam diri : ketika menerima rezeki, bersyukur dan harus adil dalam artian ketika Allah kasih rezeki lewat ngeblog maka selayaknya harus profesional jangan pandang besar kecil fee nya, kita juga harus adil bersikap dalam menjalaninya, setuju?

Dalam dunia blogging dan content creation, job datang silih berganti. Kadang sesuai ekspektasi, kadang di luar dugaan. Namun satu hal yang selalu kuusahakan: jangan pernah mengerjakan sesuatu asal selesai hanya karena fee-nya kecil atau bahkan kita sudah dibayar duluan.

Pernah suatu kali aku menerima job dengan fee yang lumayan. Brief-nya jelas, KPI-nya pun spesifik. Tapi, setelah kuunggah kontennya, performanya tak sebaik biasanya. Engagement tidak maksimal, reach-nya agak seret. Walau pihak agency mengatakan tidak masalah dan tetap menganggap KPI-nya tercapai sebagian, aku merasa perlu menebus kekurangan itu. Maka aku kembali membagikan kontennya beberapa hari kemudian, kusisipkan di Instagram Story dengan ajakan lebih personal, bahkan kusisipkan kembali ke semua akun sosial media yang aku miliki. Setelah berusaha meski hasilnya nggak juga membaik tapi aku berharap usaha yang aku lakukan bisa membuktikan bahwa aku tetap melakukan service kepada klien meski semua job list sudah tuntas. 

Tidak semua usaha itu masuk ke laporan. Tapi bagiku, itu bagian dari keadilan dalam menyikapi rezeki. Aku sudah diberi kepercayaan dan imbalan, maka sepatutnya aku mengusahakan sebaik mungkin sesuai porsinya, bahkan melebihi jika memang mampu.

Adil itu bukan hanya soal memenuhi kewajiban. Tapi tentang rasa tanggung jawab yang lahir dari kesadaran hati.

Dalam kehidupan di luar dunia ngonten, aku juga berusaha menyeimbangkan hal serupa. Misalnya saat aku sedang dimudahkan rezekinya, saat semuanya mengalir lancar, aku percaya itulah saat terbaik untuk membantu orang lain—walau dimulai dari hal-hal kecil dan keluarga terdekat.

Memberi tumpangan, membantu mengeditkan tulisan teman, menyumbangkan waktu mendengarkan keluh kesah seseorang, atau sekadar mengirim makanan ke yang sedang kesulitan. Tidak selalu harus menunggu “lebih” baru bisa memberi. Kadang justru kepekaan itu hadir saat kita sendiri pernah merasa kekurangan.

Sebagai blogger, aku juga terbiasa memilih job yang memang sesuai dengan minat dan kemampuanku. Bukan karena ingin idealis, tapi karena aku ingin memberikan hasil terbaik. Aku tidak segan mengeluarkan dana pribadi untuk mendukung performa job, seperti mengiklankan postingan agar lebih luas jangkauannya. Asal biayanya masih wajar dan tidak melebihi fee, aku merasa itu bagian dari profesionalisme. Kepuasan klien bisa jadi jalan rezeki berikutnya. Maka tidak ada ruginya berbuat lebih.

Karena sejatinya, rezeki bukan hanya tentang angka di rekening. Tapi tentang keberkahan, tentang kepercayaan yang terus datang, dan tentang rasa syukur yang diwujudkan dalam bentuk tanggung jawab.

Jadi, ketika kita menerima rezeki dalam bentuk apa pun—fee job, bantuan teman, atau kemudahan hidup—cobalah untuk bersikap adil. Bukan karena ingin dipuji, tapi karena itulah wujud kita menghormati pemberian dari Tuhan.


0 Komentar

Komen ya biar aku tahu kamu mampir