Membaca Buku dengan Gaya Sendiri : Antara Lipatan Halaman dan Highlight Penuh Warna

Membaca Buku dengan Gaya Sendiri : Antara Lipatan Halaman dan Highlight Penuh Warna

Bagi sebagian orang, membaca buku adalah rutinitas. Tapi buatku, membaca adalah perjalanan. Dan seperti layaknya perjalanan, setiap buku punya rute dan perlakuan yang berbeda-beda. Ada yang cukup ditemani secangkir teh dan selimut hangat, ada juga yang perlu diwarnai, ditempeli, bahkan ditulisi ulang agar esensinya tak menguap.

Membaca Buku dengan Gaya Sendiri : Antara Lipatan Halaman dan Highlight Penuh Warna
Membaca Buku dengan Gaya Sendiri : Antara Lipatan Halaman dan Highlight Penuh Warna

Membaca Buku Cerita: Cukup Dilipat dan Dinikmati

Kalau aku sedang membaca novel atau buku cerita, biasanya aku hanya fokus untuk menyelesaikan bacaan. Aku suka hanyut dalam alur cerita, menikmati karakter-karakter yang hidup di dalamnya, tanpa banyak gangguan dari alat tulis atau sticky note. Tapi ya... satu kebiasaan buruk yang belum bisa aku tinggalkan: melipat sudut halaman sebagai penanda. Beberapa orang mungkin akan protes karena buku jadi "terluka", tapi bagiku itu jejak perjalanan bacaku. Ada kenangan dalam lipatan itu.

Buku Inspirasi dan Motivasi: Harus Diwarnai, Ditempel, Ditulis Ulang

Nah, beda lagi saat membaca buku bertema inspirasi atau motivasi. Buku-buku semacam ini selalu membuatku ingin berhenti sejenak, merenung, dan mencatat. Maka dari itu, stabillo, sticky notes, pulpen warna-warni, bahkan stiker lucu selalu siaga di sampingku. Aku suka menandai bagian yang menyentuh hati, lalu menuliskannya kembali di buku catatan atau jurnal pribadi sebagai quote harian.

Ada kepuasan tersendiri melihat halaman-halaman yang penuh dengan warna dan tempelan. Rasanya seperti sedang berdialog dengan penulis, memberi highlight pada apa yang aku anggap penting, dan menyimpannya sebagai bekal untuk hari esok. 

Buku Pelajaran: Wajib Pulpen Warna-Warni

Kalau ini sih sudah dari dulu. Saat sekolah atau kuliah, aku punya aturan sendiri: pulpen biru untuk catatan utama, merah untuk istilah penting, hijau untuk tambahan dari guru/dosen, dan stabilo kuning untuk garis akhir. Rasanya seperti menyusun peta pemahaman sendiri. Bahkan kadang aku membuat indeks warna khusus untuk mempercepat review materi menjelang ujian.

Pernak-Pernik Teman Membaca

Buku kesayanganku juga punya teman-teman kecil yang menemaninya. Aku suka pembatas buku berbentuk lucu-lucu—kadang dari pita, kadang dari kertas lipat yang aku gambar sendiri. Ada satu pembatas favoritku berbentuk daun maple kecil yang sudah mulai kusam tapi tetap aku pakai karena penuh kenangan.

Dan oh ya, satu kebiasaan kecil yang mungkin aneh: aku suka menyelipkan aroma terapi atau minyak esensial di dekat buku saat membaca. Entah kenapa, aroma lavender atau kayu manis bisa bikin suasana membaca makin magis.

Membaca Itu Personal

Setiap orang punya cara membaca yang berbeda. Ada yang rapi tanpa satu coretan pun, ada yang seperti aku: penuh warna, catatan, dan jejak. Apapun caranya, membaca tetaplah bentuk cinta pada ilmu, cerita, dan pengalaman hidup orang lain yang dituangkan dalam kata.

Kalau kamu, gaya membacamu seperti apa?


0 Komentar

Komen ya biar aku tahu kamu mampir