Assalamu'alaikum!
Aku suka menulis hal yang bisa menjadi inspirasi dan aku berharap apa yang aku tuliskan bisa menjadi inspirasi bagi pembaca, bismillah!
![]() |
Tetap Kuat Walau Sendiri : Keyakinan yang Membawaku Tetap Berdiri (ulihape) |
Ada satu prinsip hidup yang selalu aku pegang erat: berpendirian dan percaya diri adalah penguat harga diri. Tidak mudah goyah meski pendapat orang di sekelilingku tak selalu ramah. Aku percaya, selama aku tidak melakukan hal yang salah, aku berhak berdiri di titik yang kuyakini benar—meski harus sendirian. Kebetulan lainnya aku berasal dari Suku Batak yag dikenal tegas, keras dan susah bermulut manis tepatnya nggak bisa hehe, BTL katanya "Batak Tembak Langsung".
Sejak kecil aku sudah akrab dengan situasi yang menuntut adaptasi ekstra. Papa sering berpindah tugas ke berbagai kota dan itu membuatku harus beberapa kali berpindah sekolah. Setiap kali masuk lingkungan baru, aku harus memulai dari nol—berusaha akrab dengan teman-teman baru, menyesuaikan cara belajar, bahkan menghadapi stigma yang tak jarang menyakitkan.
Entah mengapa, aku sering dianggap "sok pintar". Padahal aku hanya menjawab pertanyaan guru dengan percaya diri. Aku suka belajar dan aktif bertanya. Tapi menjadi anak baru yang menonjol seringkali membuat orang salah paham. Bahkan beberapa guru pun tampaknya tak nyaman, menganggapku pamer atau terlalu percaya diri.
Namun aku tetap bertahan. Bukan untuk pembuktian, tapi karena aku tahu aku tak melakukan kesalahan. Aku hanya menjadi versi terbaik dari diriku—aktif, tanggap, dan percaya diri. Aku tetap sopan, tetap belajar, dan tetap rendah hati. Dan lambat laun, semua stigma itu luruh sendiri. Teman mulai mengajakku diskusi, guru mulai mengandalkanku untuk tugas-tugas kelas. Mereka akhirnya menyadari, aku bukan "sok pintar", aku memang bisa.
Hal yang sama terjadi di dunia kerja, beberapa kali aku di hire oleh mantan atasan dan tentunya orang yang di hire biasanya mendapat "perlakuan khusus" dan hal itu terjadi akrena rekomendasi dan perusahaan menghargai kemampuanku. Mulai dari gaji yang lebih tinggi, fleksibilitas kerja, hingga kepercayaan dalam proyek besar—semuanya hadir bukan karena aku meminta, tapi karena mereka melihat hasil kerjaku.
Namun tentu saja, hal itu tak selalu diterima dengan lapang dada oleh rekan kerja. Kecemburuan sempat muncul. Aku dianggap ‘anak emas’, ‘dekat dengan atasan’, dan berbagai label lainnya. Tapi aku tak menanggapi dengan emosi. Aku tetap bekerja dengan semangat dan integritas. Dan seperti sebelumnya, waktu akhirnya membuktikan semuanya. Mereka mulai paham, bahwa aku dihargai bukan karena dekat dengan siapa, tapi karena aku layak. Waktu memang menjadi alat yang terbaik, dengan berjalan waktu terkadang yang meng-hire ku sudah resign namun aku tetap bertahan karena memang aku tak mengandalkan orang yang meng-hire ku.
Pengalaman-pengalaman ini mengajarkanku satu hal penting: dalam hidup, kita tak selalu butuh tepuk tangan untuk melangkah. Kita hanya perlu keyakinan dan konsistensi. Ketika kita tahu apa yang kita kerjakan benar, maka tak perlu goyah hanya karena tidak semua orang setuju. Sendirian di awal bukan berarti kita salah, mungkin kita hanya sedang berada beberapa langkah lebih dulu.
Dan memang begitulah hidup berjalan. Tak selalu nyaman, tapi selalu menguatkan. Selama berjalan dengan prinsip yang jujur dan benar maka percayalah orang yang meremehkan mu pada akhirnya bisa menjadi orang yang paling mempercayai mu.
0 Komentar
Komen ya biar aku tahu kamu mampir