Waspada, Kenali Gejala dan Solusi GTM Pada Anak

Waspada, Kenali Gejala dan Solusi GTM Pada Anak

Fiuuh, iya berat banget sebenarnya mau membahas tentang pola makan anak. Karena sampai saat ini aku masih merasa menjadi ibu yang gagal memberikan nutrisi terbaik pada anak. Baru jadi Ibu ? Nope! justru aku mengalami kegagalan memberikan nutrisi seimbang pada anak keduaku dan aku baru tersadar ketika anakku menjelang usia tiga tahun. Entahlah apakah aku terlambat atau tidak, namun aku berusaha untuk memperbaiki semuanya.

Bicara gizi 2


So please yang membaca tulisan ini disimak baik-baik supaya tidak terjadi pada anak-anak kalian. Kayama ketika menjelang usia 3 tahun hanya memiliki Berat Badan (BB) 10.4 Kg dengan Tinggi Badan (TB) 88 cm dan menurut grafik pertumbuhan WHO indikator ini hanya sesuai untuk anak berusia 20 bulan. Kaget dan aku terlena dengan ucapan disekitarku "enggak papa kok, wong bapaknya kecil wajar saja anaknya kecil. Yang penting itukan anaknya sehat, aktif, not delay development. Akhirnya akupun mengabaikan kecurigaanku, sampai akhirnya ketika aku menjadi bagian dari sebuah kegiatan akademi blogger yang diadakan Danone disitulah aku menyadari bahwa ada yang salah dalam pola makan anak keduaku.

Sejak MPASI aku melakukan semua rules yang sudah aku jalankan pada anak pertamaku, dan usia 10 bulan memang anak kedua ku mengalami infeksi saluran pernapasan dan sejak saat itu nafsu makannya menurun, sebetulnya aku sudah membawa konsultasi anakku namun tes yang kami curigai seperti anemia dan TBC semua menunjukkan hasil negatif. Lagi aku berpikir ini disebabkan penyakit sampai akhirnya aku memahami bahwa yang salah adalah pola makannya.

Anakku stay di daycare setiap hari, menu makanan aku yang memasaknya namun urusan interaksi dalam memberikan makanan aku terpaksa menyerahkan kepada pengasuh dan menurut pengalaman anak pertamaku tak ada masalah. Perbedaannya memang pada cara makan dimana anak keduaku memang tidak mau ada lauk dalam nasinya, awalnya aku masih rajin menghaluskan lauk namun demi niat melatihnya aku tetap memberikan lauk kasar dan mungkin disinilah kesahan fatal yang aku lakukan.


Bicara Gizi

Alhamdulillah nya beberap waktu lalu saya berkesempatan mengikuti sebuah kegiatan yang diadakan oleh Nutricia Advanced Medical Nutrition dengan Tema Bicara Gizi 2 yang membahas Masalah Perilaku Makan pada Anak dan Cara Mengatasinya. Hadir sebagai pembicara siang itu adalah dr. Nur Aisyiah Widjaja (Nuril), SpA(K) seorang Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Metabolik. Dari beliau aku semakin sadar bahwa tidak hanya jenis makanan tetapi banyak juga orang tua yang belum paham bahwa pola pemberian dan perilaku makan juga mempunyai peranan penting dalam menentukan masa depan anak. Dan dalam kesempatan ini hadir juga Mbak Ruth Dian sesorang influencer dan memang yes meski kita sering paham ternyata mabk Dian juga mengalami yang namanya anaknya GTM dan ternyata itu karena mbak Dian lupa melatih perpindahan makanan lunak ke padat pada anaknya yang berusia 4 tahun, duh Ibu Bangsa sih selalu berusaha the best namun ada saja celahnya ya kan ?

dr. Nuril menyampaikan bahwa masalah mal nutrisi pada anak bisa berujung pada stunting, saat ini juga ada sekitar 32% anak Indonesia yang menderita stunting, karenanya menurut dr Nuril bila ada anak yang malas makan maka harus segera di intervensi apa penyebabnya. Dan harus diingat juga bahwa ketika anak mogok makan bukan berarti juga langsung ada masalah pada pola makannya. 

So kita harus benar-benar memehami gejala dari yang teringan sampai yang terberat sehingga kita bisa mengambil langkah yang tepat untuk mencari solusi masalah perilaku makan pada anak. Dan karena topik ini begitu seksi didunia parenting zaman now maka Nutricia mengajak orang tua untuk mengenali jenis-jenis masalah perilaku makan pada batita, apa penyebabnya dan bagaimana mengatasinya.

Dan dari materi yang dijelaskan oleh dr Nuril feeding itu adalah interaksi yang terjadi selama proses memberi makan berbeda dan faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan kita dalam mengatur pola makan anak. Akhirnya saya harus mengakui bahwa mungkin pada anak kedua saya sudah mulai cuek sehingga mungkin yang terjadi adalah saya tidak lagi intens bercerita selama kegiatan makan dan hal ini memang berbeda ketika anak pertama saya, dimana saya begitu excited karena merupakan pengalaman pertama.

Masalah makan bisa diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu inappropriate feeding practice, small eaters, dan parental misperception dan kita akan bahas one by one ya moms.


  • Inappropriate Feeding Practice adalah masalah makan yang disebabkan oleh perilaku makan yang salah atau bahasa singkatnya pemberian makan enggak sesuai usia anak. Misal anak sudah usia 1 tahun karena kita mau gampang alhasil anak diberi makanan lunak sjaa, padahal usianya sudah harus dilatih makanan padat, hal inilah yang dialami oleh mbak Dian tadi.
  • Small eaters adalah keluahan yang ditujukan kepada anak-anak yang makannya hanya sedikit, seperti anak saya deh ini, baru 3 suap sudah bilang kenyang. Alhasil karena sembunyi dibalik alasan tidak mau memaksa anak makan akhirnya jadi deh kebiasaan.
  • Food Preference merupakan masalah yang ditemui pada anak-anak yang memilih makanan, seperti ada anak yang maunya hanya nasi dan sayuran saja, atau bahkan hanya mau makan sama nasi dan kecap saja.
Ketiga masalah diatas tidak bisa didiamkan, harus segera dicari solusinya, apalagi pada usia emas (golden age) dalam usia 2 tahun kehidupan atau 1000 HPK anak-anak sangat pesat tumbuhnya karena itu harus dipastikan mendapatkan gizi seimbang dan tumbuh kembang yang optimal. Dan solusi untuk masalah pertama orang tua harus bisa memperhatikan jadwal makannya, harus benar-benar diatur dan konsisten, kemudian perhatikan juga prosedur memberi makananan apakah sudah tepat. Sedangkan upaya menangani small eater kita bisa memberi boosting kalori, dilatih secara perlahan supaya bisa makan lebih banyak. Dan supaya anak tidak pilih-pilih makanan maka orang tua harus bisa menyiasati menu dan variasi makanan, misal anak enggak suka sayur mungkin Ibu bisa memasak menu dengan menyembunyikan sayur didalam masakan seperti membuat omelete telur wortelnya diparut halus sehingga anak tidak melihat bentuk yang tidak disukainya dan makanpun bisa berjalan dengan lancar.

Kebutuhan zat gizi makro dan mikro harus diperhatikan dalam semua jenis makanan baik itu makanan utama atau camilan. Zat gizi mikro dibutuhkan dalam jumlah sedikit supaya bisa melengkapi zat makro yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak. Bila anak mulai menunjukkan masalah pada pola makannya maka segera dicek permasalahannya dimana, selain itu gangguan makan terjadi bila dalam waktu yang lama misal selama satu bulan penuh, kalau hanya terjadi beberapa hari moms jangan panik karena bisa jadi anak sedang mau tumbuh gigi atau tidak enak badan sehingga nafsu makannya berkurang.

Yang perlu diwaspadai lagi adalah anak-anak yang mengalami infeksi tertentu secara menahun, dan hal ini sangat berbahaya mengingat anak tampak seperti biasa hanya saja anak tidak mengalami pertumbuhan optimal. Untuk itu moms harus rutin membawa anak ke posyandu untuk mengetahui Berat Badan, Tinggi Badan dan lingkar kepalanya. Ketiga hal tersebut adalah indikator yang paling mudah untuk memantau tumbuh kembang anak. Dan yang dilihat adalah tren nya bukan hanya sekedar angka.

Bicara Gizi 2 cukup membuka mata saya untuk lebih memperhatikan kebutuhan gizi anak dan setelah mendengar nasihat dr Nuril maka saya akan mengajak anak saya untuk berkonsultasi kembali mengingat belum ada kenaikan berat badan yang siginifikan, terima kasih Nutricia sudah selalu hadir memberi pengetahuan bagi para Ibu.

Games Para Ibu di Bicara Gizi 2



So ketika anak GTM sekarang sudah bisa dong cari penyebab dan solusinya ? see you next sharing ya !





0 Komentar

Komen ya biar aku tahu kamu mampir