Pahlawan Itu Adalah Aku

Pahlawan Itu Adalah Aku

Entahlah, sebenarnya definisi Pahlawan ini bisa jadi berbeda-beda pada masing-masing orang. Bagi pengemis bisa jadi orang yang memberinya banyaklah yang disebutnya Pahlawan, bagi orang-orang terlantar bisa jadi orang yang memberinya tempat tinggal adalah Pahlawan, dan tak sedikit yang menganggap kedua orang tuanya sebagai Pahlawan.

Suatu Sore Diarea Parkir Atas Supermal Karawaci


Bangsa ini sudah Merdeka dan itupun karena perjuangan dan pengorbanan orang-orang terdahulu yang disebut Pahlawan. Artinya seseorang yang berjuang tanpa lelah penuh pengorbanan dan berani itu adalah Pahlawan. Dari definisi diatas aku menyimpulkan bahwa Pahlawan itu adalah diriku sendiri. Emang bisa ?

Aku hidup bersama Mamak Papa yang cukup tak kekurangan namun bukan orang kaya juga. Kehidupan berjalan smooth sampai aku bekerja di tahun 2008. Juni 2008 aku mendapat kabar kalau Papa terkena stroke, kebayang ya sedihnya Mamak. Kesedihan itu tak lain hanya berujung kepada materi, bagaimana nanti nasib kedua adikku yang masih duduk di bangku kuliah ? bagaimana pengobatan papa ? dan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara kami anak-anak Mamak Papa belum ada yang "jadi" dalam artian mempunyai materi yang cukup. Alhasil aku memberanikan diri menelpon Mamak (kala itu aku sedang bekerja di Kalimantan Barat dan Mamak di Palembang) "Mak jangan sedih, aku akan menggantikan Papa, adik-adik pasti selesai kuliah nya". Mamak saat itu mungkin tak bisa bahagia karena mendapati suaminya sudah tak bisa bicara dan separuh badannya lumpuh.



Menikmati cinema di Supermal Karawaci, ini tahun 2012 keknya 

Jauh sebelum hal tersebut terjadi, sebagai anak kedua maka aku dikatakan bandel oleh Mamak dan Papa. Sebenarnya aku bukan bandal hanya saja selalu berusaha menjadi sosok pahlawan alias hero seperti di dalam cerita. Ketika abang ku tanpa sengaja bermain dan memecahkan lampu semprong yang menerangi malam di rumah kami, mamak dengan kesal mencoba menghukum abang ku, tapi aku hadir ke hadapan mamak dan menghalanginya untuk memarahi abang ku, alhasil akulah yang jadi sasarannya, abang ku bilang "makasih dek sudah tolongin abang". Suatu saat aku mendapat kecelakaan motor memang aku sudah di larang namun dasar degil akhirnya akupun mengalami musibah, aku pulang ke rumah dengan luka lecet dan aku tahu aku salah, lalu aku pun mendapat hukuman, aku lihat tatapan mata adik-adikku yang ingin membantu ku tapi lagi aku busungkan dada bahwa aku harus bertanggungjawab atas kesalahanku sendiri. Pernah pula disaat itu hubungan Mamak Papa sedang tak baik, maka adik-adik aku suruh bermain didalam kamar, sementara aku duduk diantara Mamak dan Papa berusaha menengahi keduanya meski usia ku baru 13 tahun tetapi aku berusaha memahami keduanya lantas suatu malam adikku berucap "Kak, kenapa kakak tidak bermain bersama kami ? Kakak jagain Mamak Papa ya ?, rasanya itu sudah sebuah penghargaan untukku bahwa aku bisa membuat adik-adikku nyaman bermain.

Lalu masa setelah Papa tak bisa sepenuhnya menjadi kepala keluarga maka aku adalah andalan Mamak untuk urusan biaya. Beruntung aku memiliki pekerjaan sehingga 80% dari gaji aku alokasi kan untuk membantu biaya kedua adikku yang sedang kuliah. Seringkali diakhir bulan hanya bersisa 100-200 ribu. Ketika teman-teman hangout maka aku memilih untuk stay di kosan, berbagai alasan aku sampaikan. Namun keberadaan teman-teman baik bisa membuat aku menikmati hidup juga, beberapa orang yang mengetahui betapa besarnya tanggung jawabku terhadap keluarga akan selalu mengajak aku untuk hangout dengan ajakan gratis tentunya, ada saja alasan mereka supaya aku bisa menikmati setiap ajakan mereka untuk menikmati hidup!. Bahkan aku rela tidak memiliki jabatan strategi demi mengejar rupiah, aku bak kutu loncat di dalam dunia pekerjaan, baru 6 bulan berada di sebuah perusahaan maka aku berpindah lagi hanya karena alasan aku digaji lebih tinggi dari sebelumnya, aku bak pengejar rupiah karena memang aku harus begitu untuk kelanjutan hidup keluarga kami. Dan akupun masih single sehingga belum ada pembatas gerak untuk aku melakukan banyak hal. Akupun membeli sejumlah asuransi yang aku peruntukkan untuk Mamak , Papa dan adik-adik, kalau-kalau sesuatu hal buruk terjadi maka aku bisa meninggalkan Mamak Papa dan adik-adik tanpa kesusahan. Dan pernah aku termenung ketika mendengar teman-teman sudah mempunyai rumah pribadi, mobil pribadi, bahkan apartemen, ahh ada rasa juga ingin seperti mereka, hingga suatu saat Mamak mendekatiku dan bibirnya berucap "andai kau tak membantu kami, maka kau pun sudah bisa memiliki apa yang teman-temanmu punya, bahkan mamak yakin bisa melebihi apa yang sudah mereka miliki . Bisa jadi itu adalah penghiburan buat diriku, tapi kalau dihitung-hitung apa yang mamak ucapkan bisa jadi benar adanya, ahh sudahlah tak guna menghitung apa yang sudah kita beri kepada orang lain.

Mainan terbaik juga ada di Supermal Karawaci


Akhirnya kedua adikku lulus kuliah dan alhamdulillah mereka langsung bekerja, dibulan pertama mereka mendapatkan pekerjaan, akupun bertemu dengan jodohku dan saat itu aku memahami bahwa semuanya akan indah pada masanya. Namun wajah sedih berkelayut di wajah Ibuku, aku tahu alasannya. Itu karena dia tahu aku masih terus akan berjuang untuk mereka dan keluargaku sendiri. Mempunyai impian untuk bertemu dengan jodoh yang mapan adalah betul keinginan semua orang, namun terkadang Allah mempunyai rencana lain. Bisa bertemu dengan seseorang yang bisa kujadikan imam saja sudah sebuah kebahagiaan tersendiri, masalah dia belum memliki apa yang namanya kemapanan bukanlah salah dia, aku atau siapapun. Aku hanya butuh untuk terus melakukan apa yang sudah ku lakukan selama ini. Mak, selama ini aku ikhlas untuk memberikan apa yang aku punya untuk Mamak Papa, adik-adik dan masak iya aku tak bisa teus begitu apalagi ini untuk suami dan anak-anakku. Sebuah anggukan setuju, diiringi air mata akhirnya mamak memberi restu.

Suatu sore menyantap pizza kesayangan di SuperMal Karawaci


PAHLAWAN MASA KINI

Kini, aku sudah memiliki dua orang anak laki-laki. Suamiku memang tidak mempunyai pekerjaan yang menghasilkan banyak rupiah, tapi aku sangat menghargainya, karena dengan sedikit maka jadilah cukup, begitu aku memaknai pemberian tuhan. Alhamdulillah aku tak pernah merasa kekurangan, syukur adalah kunci dalam menjalani hidup. Dan suatu kali suami mengikuti sebuah blog competition ada rasa haru ketika di dalam tulisan beliau menyebutku sebagai "Pahlawan Keluarga" Ya, kuakui penghasilanku lah yang menjadi roda kehidupan kami berumah tangga, tapi tak pernah aku berharap gelar Pahlawan dari suamiku sendiri.

Pada masa ini untuk menjadi Pahlawan tak butuh senjata hanya butuh keikhlasan, perbuatan baik dan semangat pantang menyerah. Perekonomian yang sulit jangan dijadikan sebagai hambatan, banyak cara untuk bahagia begitu saya meyakinkan suami. Terkadang suami begitu rapuh mendapati kami tak memiliki uang, tapi aku yakinkan bahwa Allah selalu memberi pertolongan pada waktunya. Alhamdulillah sampai hari ini kami tak pernah kesulitan, bahkan memiliki rumah dipinggiran sebuah mal besar merupakan berkah tersendiri bagi kami.

Suatu saat setelah 6 bulan menikah, kami masih menumpang hidup dirumah peninggalan almarhum mertua, didalamnya ada 4 orang kepala keluarga, kebayangkan betapa ramainya untuk sebuah rumah tipe 36 meter persegi. Sampai suatu hari aku mengungkapkan sebuah keinginan untuk mencari sebuah rumah dan alhasil Mamak, Papa dan adik-adikku mengumpulkan rupiah yang mereka punya dan secara kejutan mengirimkan kepada ku sebagai uang muka untuk membeli rumah, ah rasanya aku tak pantas tapi mereka bilang "terimalah kak, selama ini kakak sudah memberi kami kenyamanan, kini kami pula yang membantu kakak untuk nyaman". Terima kasih adik-adikku, jadi ingat pepatah lama apa yang kau tanam maka itulah yang kau tuai. Untuk mendapatkan rumah inipun kami cukup beruntung, karena apa ? Perumahan kami ini bukan perumahan elit, akan tetapi kami berada disekitar kawasan elit. Ya kami berada di pinggiran Lippo Karawaci, alhasil kami bisa menikmati akses lippo , kata bos ku yang menempati sebuah perumahan di Lippo Karawaci "Li, kamu itu beruntung rumah murah tapi fasilitas mewah" hehe, bayangkan aku sangat dekat ke mana-mana dengan akses jalan yang bagus pula, untuk menempuh Supermal Karawaci hanya butuh 8 menit dari rumah kami. Segala kebutuhan kami ada di mal keren ini, bahkan malam sebelum lahiran aku berkeliling mal ini dan sepulangnya dari sana aku mendapati diriku sudah bukaan empat hehe, ajaib ini mal sangat luas jadi resep jitu untuk melancarkan proses kelahiran kedua anakku hehe. Dan banyak hal yang kami lakukan di mal ini, sewaktu aku hamil maka hampir semua makanan idaman aku dapat disini, bahkan ketika sudah memiliki anak-anak maka mal ini juga tujuan utama kami apalagi untuk urusan permainan anak, lolipop di dekat supermarket adalah kesukaan anak-anak. Outlet-outlet pakaian juga banyak yang bagus, bahkan untuk urusan barang elektronik mal ini masih menjadi jagoan kami. So kamu bisa anggap siapa saja sebagai pahlawan, siapapun itu yang bisa memberimu inspirasi untuk terus melangkah adalah pahlawan dan bagiku diriku adalah pahlawan, dirikulah yang membuat aku terus semangat untuk berbuat banyak hal bagi kedua anakku, diriku lah yang menguatkan aku disetiap rasa lelahku, karena itu Pahlawan itu adalah aku !