7 Kesalahan Istri Pekerja

7 Kesalahan Istri Pekerja

I am a working mom, dengan segala kesibukan rumah tangga tanpa asisten dan kebetulan anak-anak selama kami bekerja berada di daycare,aku terlalu sibuk dengan kegiatan ku dan aku selalu bersyukur untuk bisa memilih bahagia.
#SudahBahagia

Kasus pembunuhan seorang suami terhadap istri nya membuat aku terhenyak, apa sih alasan yang bisa membuat suaminya begitu ? Belum habis tanya aku malah membaca transkrip yang diduga adalah rekaman pertengkaran suami istri, suara istri memang terdengar nyaring di banding pria, kalaupun di pukul yah seberapa sakit sih ?
Kata pak polisi sang suami tak kooperatif dan sampailah aku pada sebuah poto tersangka, wajah dengan tatapan mata kosong, tampak tak terawat dan aku jadi ingat raut wajah ketakutan ini sama persis dengan raut wajah para wanita korban KDRT. Sedih hati ini membayangkan semua keterangan sang kakak, suara tangis sang bunda yang memberi kesaksian anak nya kerap mendapat perlakuan kasar, hati ku berkata pria ini bertahan pada keadaan yang tak semestinya, otak pria ini sama dengan kondisi banyak perempuan yang tetap bertahan diantara derita kehidupan rumah tangga.

Aku sendiri belum lama berumah tangga, baru lima tahun dan hidup bersama pria yang diikat dengan status hukum sebagai suami merupakan tantangan sendiri, ada saja hal yang membuat hati ingin menangis tapi banyak hal yang bisa direnungi untuk menghadirkan senyuman.
Aku adalah perempuan yang sudah bekerja jauh sebelum menikah, dan karena banyaknya kasus kegagalan rumah tangga maka membuat aku berpikir untuk tetap bekerja setelah menikah. Dan jodoh pun tiba dan ya mungkin memang takdir ku untuk tetap bekerja karena memang tak mungkin hanya berharap dari gaji suami ku yang bukan pegawai negeri dan bukan pejabat di salah satu perusahaan swasta.

Penghasilanku 5x lipat lebih besar dari suami, sejak gadis angka yang masuk saldo tabunganku memang segitu namun pernikahan ini membuat orang membandingkannya dengan kondisi suami ku, padahal dulu sewaktu single tak ada yang menyinggungnya "yakin lu bisa hidup dengan kondisi suami begitu? Yakin lu bisa ikhlas?".
Ya ikhlas adalah kuncinya, toh sebelum aku menikah semua penghasilan ku pun sudah aku alokasi kan untuk orangtua dan saudaraku, lantas apa yang berbeda ? Nothing, bahkan alokasi kali ini justru lebih tepat, aku berjuang untuk kehidupan kami.

Ya, godaan banget ketika menjadi istri yang memiliki penghasilan lebih besar dari suami kadang rasa lelah menghadirkan ketidakikhlasan, rasa lelah membuat lupa bahwa pria yang hadir dalam hidup kita ini adalah pilihan kita, pria tersebut menyempurnakan kodrat kita sebagai perempuan, kadang lelah membuat kita lupa dalam diamnya dia mendoakan kita, dalam hujan menanti kita dengan cemas, semuanya hilang tak berbekas ketika lelah.

Mamak ku kerap menangis ketika mengunjungi ku, tangisan seorang Ibu yang merasa iba mendapati anak perempuannya begitu keras berjuang untuk keluarganya, di sisi lain tangisan nya adalah bentuk syukur nya telah berhasil mendidik anak perempuannya menjadi istri dan ibu yang baik sebagai anak aku hanya bisa meyakinkan mamak bahwa aku bahagia untuk kehidupan ku.

Inshaallah tulisan ini tak berniat apapun selain ingin mengajak para istri (khususnya yang bekerja dan memiliki penghasilan lebih tinggi) untuk bisa menghormati suami, untuk bisa menerima kondisi suami dalam setiap situasi, bukan membuka aib bila ada yang memandangnya demikian.

Menurutku ada 7 kesalahan istri pekerja dan ini murni aku simpul kan dari kehidupan yang ku jalani, semoga kita menjadi istri dan ibu terbaik dalam versi keluarga kita.

  1. Istri menganggap gaji nya hanya miliknya, Mau tak mau ketika kita menikah harus diingat apa yang kita peroleh itu tentu ada ridho suami, masak di doain mau tapi enngak mau mengakui penghasilan sebagai milik bersama. Yakin lah ketika kita terbuka maka suami pun tak akan meminta, suami pun tahu diri yang dibutuhkannya hanya keterbukaan. Suami ku mengetahui jumlah gaji ku, mengetahui segala pemasukan yang aku dapat dari menulis. Urusan siapa yang memegang ATM bukan tolak ukur penguasaan, toh ATM kami gunakan bersama.
  2. Istri memandang remeh suami, Tak semua istri begitu, namun dalam lingkungan ku entah kenapa terkadang muncul rasa sombong dihati hanya karena merasa memiliki penghasilan yang lebih besar dari suami. Kita bisa menekan hal ini dengan memiliki prinsip "karena sedikit maka cukup". Aku selalu meyakinkan suamiku ketika dia memberi gajinya "mi ini gaji papi sedikit", aku menerima dengan bahagia "tahu enggak pi karena sedikit inilah maka kebutuhan kita tercukupi, kalo hanya ngandalin gaji mami mah udah minus kita". Inshaallah penghargaan seperti ini bisa membuat suami percaya diri, membuat suami dihargai. Meremehkan suami sama saja kita merendahkan anak-anak kita dan bisa jadi hati suami tersakiti.
  3. Istri tidak pernah berdiskusi terlebih dahulu, Beberapa teman melakukannya, mereka beli ini itu tanpa mengabari suaminya "toh pakai uang sendiri, lagian kalo dikasih tahu juga palingan setuju ajalah wong enggak pake uang doi kok". Bisa jadi memang begitu bu, tapi dalam hati siapa tahu. Aku selalu berpikir untuk meminimalisir kesalahan, aku enggak mau suatu saat itu menjadi kesalahanku "yah kamu sih beli itu enggak kabari aku dulu". So aku selalu meminta izin kepada suami untuk apapun yang ingin ku beli, entah itu untuk aku, anak atau suami sendiri. Dan memang dijawab iya, tapi dilain itu aku yakin suami merasa dihargai dan dia tersenyum ketika kita menunjukkan apa yang sudah kita beli tadi.
  4. Istri mengeluh di saat yang tidak tepat, Akupun kerap merasakan lelah dan biasanya godaan setan akan hadir, melihat apa yang ditugaskan kepada suami tak sesuai sedikit saja sudah bisa memicu amarah "ya ampun pi cuman diminta begitu aja susah banget sih". Nada begini tentu akan memancing lawan bicara kita, sudah hukum alam untuk melakukan pembelaan saat kita merasa dipojokkan. Aku biasanya akan menarik nafas panjang, bermain dengan anak-anak dan aku akan komplain dalam chattingan. Misal esoknya suami ngechat dan aku sisipkan komplain ku, biasanya cara begini lebih efektif dan bisa beraknir dengan ikon cinta hehe
  5. Istri Merasa lelah karena bekerja, Ketika kita memutuskan bekerja maka yakinkan diri ini adalah atas kesadaran kita bukan suami yang menyuruh atau memaksa. Ketika merasa lelah sampaikan kepada suami, karena terkadang suami bingung melihat kita baik-baik saja namun kenapa bete ? Awalnya aku begitu merasa super woman semuanya berusaha dihandle sendiri, eh kok jadi bawaannya pengen marah-marah ya ? Akhirnya aku ajak suami berbagi tugas dan cara diskusi seperti ini justru membuat suami bisa lebih memahami maksud kita. Iya sih bu wanita hanya dibutuh dimengerti hehe 
  6. Istri Meminta Dispensasi, Tugas istri adalah melayani keluarga jangan sampai terbalik ya bu, mengutamakan kantor kemudian giliran dirumah pengen istirahat. Aku sebaliknya, me time ku itu adalah di kantor, selama 7 jam aku bebas tugas dari pekerjaan rumah, lalu tanamkan kerinduan akan keluarga so begitu office hour selesai aku tak sabar untuk bertemu keluarga ku dan merindukan rumah kami yang berantakan, adalah merepet dikit mah kan katanya itu bumbu kehidupan hehe 
  7. Istri menghindari hubungan seks karena capek bekerja, Aku selalu menganggap urusan sex ini adalah kebutuhan ku juga bukan hanya kebutuhan suami. Ada teman yang bilang begini "salut sama lu mbak, bangun jam 3, masak, nyuci, kerja masih melayani kebutuhan batin pula". Eiitss tolong urusan sex dikeluarkan, karena itu aku juga suka, sex itu aku butuhkan juga wong sama-sama enak. Kadang aku memang letih, ketika gesekan kaki suami terasa ingin banget pura-pura lelap, tapi aku tak lakukan. Paling aku hanya minta waktu, ok pi tunggu jam 10 ya..dan biasanya jam 10 suami sudah ngorok lalu beraktinglah aku membutuhkannya, kalian tahu ? Urusan begini suami itu (eh suami ku) paling doyan jadi jangan sungkan untuk mengajak suami sekalipun itu akting karena efeknya luar biasa buat suami, setelahnya kita minta tolong apa aja pasti dikerjainnya haha. 

Kita masih belajar, jadi tak ada kata terlambat, mungkin buat teman yang dekat denganku selalu berdecak kagum, hebat lu li masak sendiri, ngurus rumah tangga tanpa asisten, masih kerja pula, ngeblog pula. Kehebatan ku itu tak lain hanyalah karena keadaan, aku menerima semua keadaan dengan baik, rasa syukur selalu memberi nikmat berlebih dan semoga kita bisa menjadi istri penghuni syurga, aamiin. Mencari ladang pahala itu enggak usah jauh-jauh kita kumpulkan semuanya dari lingkungan kita, mengurus anak, memberi nafkah keluarga, melayani suami dengan baik jalankan dengan ikhlas maka akan menjadi amalan pribadi kita.
Hubungan suami istri yang bahagia akan dirasakan langsung oleh anak-anak kita. Bila merasa ada kendala jangan malu untuk berkonsultasi dengan pihak keluarga, cari solusi nya karena bertahan dalam keadaan tak baik hanya alasan sosial, hanya karena anak-anak bukanlah sebuah solusi melainkan merupakan bom waktu yang bisa meledak kapan saja dalam hitungan detik !

41 Komentar

  1. Kadang kalau penghasilan kita lebih besar dari pasangan bisa bikin jumawa ya, mbak. Setuju banget nih sama tulisannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya suka lupaapalagi kalo pas capek bisa keluar tanduk hehe

      Hapus
  2. Boleh menambahkan juga bunda. Istri yang gajinya lebih besar dari suami banyak juga yang jadinya ga nurut ama suami. Tapi saya salut ama istri yang terpaksa harus berjuang demi keluarganya. Semnagatttt

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya gak nurut karena merasa lebih dari suami...

      Hapus
  3. Ada sdkit sih yg d antara itu waktu msh kerja,,, to skrng lbih menghargai satu Sama lain,,,intinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya harus saling menghargai ya mbk

      Hapus
  4. Setuju banget sama mbak uli, alhamdullah, sementara ini pendapatan saya lebih besar dari suami, tp tiap mau membelu sesuatu, saya selalu tanya, boleh apa nggak, trus tidak sekalipun saya pernah bilang bahwa pendapatanbsaya lebuh besar dri suami.. saya yakin rejeki saya karena doanya juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah, iya harus jadi tim yg solid ya

      Hapus
  5. Wonder women ini mah Kalo ke Tujuh point itu bisa di Kendalikan. Insya Allah suami Bangga Dan istri mendapatkan berkah nya berumah tangga.

    BalasHapus
  6. Bener itu mbk, perempuan pekrja harus bnyk antisipasi ini

    BalasHapus
  7. Yang no 7, iya juga ya. Hihi. Suami moodnya langsung hepi kl seolah2 kita yang butuh (walo benernya pengen milih tidur aja ya, hihi)

    Alhamdulillah, mudah2an suami Mbak bukan tipe yang minderan ato gengsinya tinggi ya. Kalo dapetnya suami yg kayak gitu, kasian dia berusaha lebih dari kita. Yah, masing2 individu memang kudu paham ya kl pernikahan bukan pertandingan siap lebih menang. Ya kan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya awalnya begitu gak pede tapi aku support terusbahwa aku bahagia skr sih udah nyaman dia nya hehe

      Hapus
  8. Mba Uli, makasih udah sharing. Aku masih single (uhuk) tapi sering dan suka baca artikel tentang dunia pernikahan. jadi bisa banyak belajar dari postingan mba, thx for sharing ya ^^ oh iya, saling follow blog yuk mba :D

    BalasHapus
  9. Hebat mba,... Tanpa ART, msh kerja pula.. ;) . Kejadian istri yg dibunuh itu, memang bikin miris yaa.. Segitu ga bersyukurnya kah sampe bisa nginjak2 suami begitu. Akupun kdg khilaf, ngeluh gara2 suami, tapi kemudian sadar kalo itu ga patut.. Biar gimana dia imam kita.. Setinggi apapun posisi kita di kantor, dia ttp panutan kita.. Banyak istri bekerja yg sering lupa ttg itu kyknya yaa :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak,sama2 saling menghargai, suamipun begitu harus memahami istri

      Hapus
  10. artikel yang sangat bermanfaat buat jutaan pasutri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih mas yos

      Hapus
    2. setuju dengan tulisannya dek, salam kenal, saya tekben 32, dulu sekost dan sekamar ama temanmu diana maria,uli tekben 33 kan sama tugiman. kerja di perkebunan mana dek?

      Hapus
  11. Hiks, seram membayangkan. Aku ga berani baca beritanya.
    Itu paragraf2 jg aku skip. Maaf ya.
    Terimakasih sudah mengingatkan :)

    BalasHapus
  12. Saya ikut baca buat renungan. Thanks kakak Uli

    BalasHapus
  13. Salut banget sama mb Uli, pinter urus anak, keluarga masih bekerja pula.

    BalasHapus
    Balasan
    1. menyesuaikan keadaan kami saja mak hehe

      Hapus
  14. salut mba, saya yg di rumah aja masih sering ngeluh :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayok saling belajar, mungkinaku begini karena merasa bersalah gak bisa melayani anak dan suami aja hehe, jadi berusaha semaksimalnya

      Hapus
  15. sekarang ini suami istri kudu kerja ya biar balance keuangan. karena satu aja gak cukup kadang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. diskusi be dulu, man memang perlu dua2nyo berarti harus saling ridho

      Hapus
  16. Tulisan yang sangat menginspirasi.

    BalasHapus
  17. Makasih mak tulisannya, aku lagi galau baca ini alhamdulillah ada pencerahan

    BalasHapus
  18. Aku suka no.7, suamiku banget..hehe...aku juga kalau mau beli apa-apa pasti diskusi dulu

    BalasHapus
  19. salut aku sama mak Uli, mau nulis dengan jujur tentang hal ini.. hehehhe thanks sharingnya mak uli

    BalasHapus
  20. Kalau aku nda pernah jujur kalau gajiku lebih besar dari suami, karena apa? Karena aku nda mau suamiku merasa terintimidasi atau merasa minder tau gaji istrinya lebih besar :)

    BalasHapus

Komen ya biar aku tahu kamu mampir