10 Tahun Pernikahanku

10 Tahun Pernikahanku

Setiap berganti tahun kebiasaanku adalah menghitung pertambahan usia di keluarga serta perayaan anniversary kami. Mashaallah ternyata tahun ini, bulan Juli nanti usia pernikahan kami 10 tahun. Apa yang dirasa?

Marriage Lyfe

Maju mundur mau menulis artikel ini karena khawatir takabbur atau bahkan menjadi pemicu datangnya masalah haha, tapi sepertinya hatiku memutuskan menulisnya tanpa ada rasa ingin pamer melainkan ingin mengajak pembaca mampu memaknai pernikahan secara positif.

Ujian Pernikahan

Alhamdulillah selama 10 tahun ini aku (soalnya aku nggak tahu apa yang dirasakan suami) merasakan pernikahan kami baik-baik saja, biasa saja sih. ujian pernikahan yang dimaksud kebanyakan orang alhamdulillah juga tidak aku rasakan. Kadang aku bertanya apakah ini karena memang kami pasangan yang bahagia? Ah ternyata tidak juga, apakah karena kami berkecukupan? Wah kalau kalian lihat catatan keuanganku pasti bingung sih hehe. Satu yang bisa aku sampaikan adalah bahwa aku menerima pernikahan ini, bahwa aku tak pernah berekspektasi apapun terhadap suamiku. 

Menurutku sumber penyakit dalam rumah tangga adalah ekspektasi. Istri berekspektasi dengan kemampuan suami, suami berekspektasi istri menjadi sosok wanita bak feed selebgram (mungkin). Ekspektasi membuat rumah tangga berjalan tak sesuai impian, ujungnya adalah rasa lelah dan merasa kehidupan rumah tangga seperti mendapat ujian tak ada habisnya.

Ketika aku memutuskan dia adalah suamiku maka aku menerima apa adanya tanpa berharap dia menjelma menjadi hero ketika kami menikah. Ketika aku tahu bahwa dia (mungkin) tak mampu membanjiri aku hadiah maka aku hanya berdoa supaya dia tak macam-macam (selingkuh), ketika aku tahu dia bukanlah tipe pria yang jago bertukang maka setiap ada kerusakan di rumah aku hanya memintanya untuk mencari tukang tanpa menuntut dia bisa seperti mekanik handal. 

10 Tahun Pernikahan

Juli nanti kami akan memasuki usia pernikahan ke sepuluh, mungkin bukan angka yang fantastis buat para senior seperti Mamak Papa yang sudah 47 tahun atau seperti owner di tempat bekerjaku yang tahun lalu merayakan ulang tahun pernikahan ke 50 tahun. Tapi menjalani pernikahan dengan smooth selama 10 tahun membuat aku bersyukur, berdoa semoga Allah menjaga hati kami, khususnya pak suami hehe.

Aku memang tak pernah memendam rasa, apa yang aku rasakan biasanya langsung aku sampaikan, untungnya suami tipe pendiam dan mau mendengar. Terkadang aku juga menanyakan kepada suami apa yang harus aku perbaiki, apa yang dia rasakan, apa keluhannya namun selalu jawabannya "papi bahagia". Ucapan itulah yang aku pegang, andai itu adalah dusta maka itu bukan tanggungjawabku lagi. Aku meyakini bahwa dia bahagia selama ini.

Lalu aku tak pernah menutupi keadaan kami, ketika orang bertanya apa pekerjaan suamiku maka aku jawab apa adanya. Jujur terhadap keadaan juga merupakan modal untuk menjalani hidup tanpa beban. Keseharian aku berusaha maksimal, memasak, mencuci baju, membereskan rumah, mengurus keperluan sekolah anak semua itu bukan karena cinta semata melainkan untuk kepuasan diriku. Aku tak ingin ada rasa sesal, aku tak ingin list kekuranganku sebagai istri atau ibu begitu banyak. Bagaimana kalau sudah maksimal ternyata dikhianati? Tak masalah, pasti akan cepat move on nya karena aku meyakini bahwa aku sudah maksimal, bukan hanya aku yang tahu semua orang yang mengenal inshaallah bisa melihat apa yang aku lakukan untuk keluargaku.

Alhamdulillah

Alhamdulillah, semua atas kemurahan hati Allah aku bisa merasakan kehidupan saat ini semoga Allah menjaga nya sampai kami menua nanti, semoga Allah mengizinkan aamiin. Selamat 10 tahun pernikahan suami ku.


0 Komentar

Komen ya biar aku tahu kamu mampir