4 Cara Tetap Strong Saat Syulit!

4 Cara Tetap Strong Saat Syulit!

Sebagai seorang perempuan tanpa karir namun punya cukup uang, sebagai istri yang punya penghasilan lebih besar dari suaminya, seorang anak dari Mamak Papa pensiunan tanpa gaji, seorang adik, seorang kakak bagi 4 orang adik, seorang Ibu yang membersamai anak-anak tanpa ART dan seorang karyawan yang naik motor PP Tangerang-Jakarta, komentar orang? Kok strong banget sih kak!

Rahasia Bahagia
Tips Tetap Strong

Well ini bukan perkara nggak capek melainkan inilah hidup yang harus aku jalani, dalam melakoninya aku bahagia mungkin kalian iba tapi jujurly jangan! Coz aku bahagia, aku senang bisa seperti ini, aku bahagia bisa menerima suamiku apa adanya, aku bahagia meski harus bangun saat kalian masih terlelap untuk memasak, aku bahagia ketika naik motor bisa merasakan angin, menyenandungkan sholawat bahkan ketika pekerjaan rumah menumpuk aku bisa bahagia karena puas merepet dengan suami haha.

Rahasianya apa sih kak?

  • Sadar Diri, ini tentang penerimaan kita terhadap diri kita seberapa mampu kita menerima takdir yang ada dalam diri kita. Tampak sepele namun syulit dilakukan, aku juga butuh waktu untuk sampai ditahap menerima. Namun bila mampu sadar diri maka kita akan percaya diri terhadap apa yang kita miliki. Aku tak malu mengakui suamiku hanya seorang honorer namun dibalik itu aku bersyukur karena suamiku mampu hadir membersamai anak-anak, kebayang kalau dia punya jabatan maka anak-anak sudah pasti tak bisa punya waktu banyak dengan orang tuanya. Kami berdua bekerja tanpa beban kerjaan yang besar sehingga beban pikiran juga enteng, nggak ada yang harus kami khawatirkan tentang jabatan kami. Karena sadar diri aku juga nggak punya perasaan sedih dari 36 rumah di RT kami hanya kami yang tak punya kanopi karena kami nggak punya mobil dan itu nggak bikin baper aselik enjoy aja dengan keadaan kami coz we know who we are
  • Memberi Reward Diri Sendiri, rahasia berikutnya adalah aku selalu say thank you dengan diriku. Cara ini ampuh membuat aku bertahan sejauh ini. Rewardnya apa? Nggak usah mahal-mahal, kadang aku hanya cukup cuci mata di hari jum'at sepulang kantor, atau duduk di Dunkin Donut menyeruput ice chocolate milk, kalau lagi punya cuan lebih beli under wear iyaloh masalah pakaian dalam ini selalu terabaikan karena mengutamakan kepentingan anak dan suami haha, anggap remeh awak sama kolor yang tak kelihatan haha. Tapi catat karena aku seorang istri maka aku selalu izin ke suami "Pi, izin ya Mami beli kolor" 

Self Reward
Jangan Ragu Memberi Self Reward

  • Tetap Melakukan Hobi, cara lainnya adalah jangan sampai melupakan apa yang kalian sukai. Aku suka ngedrakor maka ada waktu untuk menikmatinya meski rumah harus berantakan, aku suka shopping maka per dua minggu ke pasar membeli kebutuhan dapur juga adalah shopping yang menyenangkan hati. Namun bukan berarti abai dengan kewajiban ya, aku akan stop disetiap jam makan dan memastikan suami dan anak makan, mengecek apakah sudah mandi yah intinya melakukan hobi tetap harus jalan supaya kita tak emrasa dikekang, kesannya seperti egois tapi tidak karena itu hanya sepersekian waktu yang kita berikan kepada keluarga. 
  • Percaya dengan Ketetapan Allah, ini juga terbaca sepele lah iya siapa yang nggak percaya sama tuhan? Tapi  mengapa masih timbul rasa kesal, amarah? Cobalah untuk punya keyakinan bahwa apa yang Allah berikan kepada kita baik buruknya adalah hal terbaik pada kondisi kita, ingat ya kondisi kita bukan orang lain. Percaya bahwa Allah beri karena kita mampu menerimanya, karena kita kuat, dengan begitu biasanya ketika datang hal buruk kita bisa segera menemukan solusinya, ketika hal baik kita bisa segera bersyukur mengucap hamdalah. Ketika aku tiba-tiba dikeluarkan dari sebuah grup which is awalnya sudah terpilih tapi karena miskom aku nggak jadi dilibatkan, sedih? Nggak karena aku percaya itu Allah yang inginkan, apa yang aku lakukan? Menerimanya, lalu beberapa saat kemudian ada sapaan ajakan kerja sama dengan yang lebih pas, seketika yang ada hanya rasa syukur "untung deh tadi dikeluarkan" hehe. Coba kalo meratapi? diri sendiri terluka dan belum tentu juga akan ada penghibur.
4 hal di atas tentu saja aku temukan rumusnya dari pengalaman hidup, entah dari orang tua, teman atau sekedar sebuah drama. Dulu Mamak ku pernah menangis karena merasa dirinya seperti pembantu, padahal Mamak punya 3 orang ART, aku yang mengamati memahami mengapa perasaan tersebut bisa muncul karena Mamak menganggap dirinya kuat, beliau abaikan kebutuhan dirinya hanya demi melayani anak suaminya. Pengalaman ini membekas dan membuat aku menyusun strategi kelak ketika aku sudah menjadi Ibu maka aku akan melibatkan keluargaku udah nggak zaman capek sendirian, aku juga harus menyenangkan diriku terlebih dahulu baru yang lain. Makanya Mamak suka heran melihatku "kok tetap strong sih?" tak jarang air matanya menetes kagum, tapi bagaimanapun aku bilang bahwa aku bahagia mana orang bisa percaya karena standard ukuran kita adalah diri kita bukan situasi orang lain betul?




0 Komentar

Komen ya biar aku tahu kamu mampir